Lingkungan
Home / Lingkungan / Pakar Ekologi IPB Ungkap Penyebab Warga Buton Selatan Dimangsa Ular Piton

Pakar Ekologi IPB Ungkap Penyebab Warga Buton Selatan Dimangsa Ular Piton

Nasib tragis warga di Buton Selatan ditemukan dalam perut ular Piton. Dok

BOGOR — Fenomena kemunculan ular piton yang menyerang warga, seperti kasus tragis di Buton Selatan, Sulawesi Tenggara, hingga puluhan piton yang muncul di tepi Danau Buyan, Bali, kembali menjadi sorotan publik.

Di balik kejadian ini, ada fakta mengejutkan yang diungkap pakar ekologi satwa liar dari IPB University.

Menurut Dr Abdul Haris Mustari, dosen di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, konflik antara manusia dan ular piton bukanlah hal baru, melainkan fenomena yang semakin sering terjadi dalam satu dekade terakhir.

Deforestasi dan Fragmentasi Habitat Jadi Pemicu Utama

Dr Haris menjelaskan deforestasi dan fragmentasi habitat merupakan penyebab utama konflik ini. Pembukaan hutan untuk keperluan pertambangan, perkebunan sawit dan karet, pemukiman, hingga infrastruktur menyebabkan piton kehilangan ruang hidup alaminya.

“Dulu hutan adalah tempat piton berburu dan berlindung. Kini hutan itu berubah menjadi kawasan manusia. Akibatnya, interaksi manusia dan ular semakin sering terjadi,” jelas Dr Haris dikutip Kamis (7/8/2025).

Ketua BPK Sultra Tanam Mangrove di Pesisir Buton: Auditor Pun Peduli Bumi

Ia menekankan bahwa konflik ini bukan karena satwa liar yang masuk ke permukiman, melainkan karena manusia yang semakin intens masuk ke habitat alami ular.

Populasi Mangsa Alami Menurun, Piton Cari Mangsa ke Permukiman

Hilangnya vegetasi alami membuat populasi mangsa utama piton seperti babi hutan, rusa, kijang, dan primata menyusut drastis. Dalam kondisi terdesak, ular piton sebagai predator oportunis akan mencari mangsa lain di kebun dan pemukiman warga: mulai dari ayam, kambing, sapi, bahkan dalam kasus ekstrem—manusia.

Dr Haris menjelaskan, piton memiliki perilaku khas sebagai pemburu diam-diam yang menyergap, melilit hingga mematahkan tulang mangsa, lalu menelannya utuh.

“Piton hanya memangsa hewan hidup. Dan mereka bisa hidup di hutan primer, sekunder, bahkan di sekitar saluran air di kota,” ujarnya.

Mitigasi: Zonasi Risiko dan Edukasi Jadi Kunci

Untuk mengurangi potensi konflik yang berbahaya, Dr Haris mendorong upaya mitigasi jangka pendek dan jangka panjang. Salah satunya adalah menetapkan zona merah berbasis peta GPS dari lokasi kejadian piton sebelumnya.

KLH Tetapkan Sistem Penilaian Baru Adipura, Simak Selengkapnya

“Kita butuh sistem zonasi risiko dan edukasi masyarakat. Banyak kasus terjadi karena warga tidak tahu cara menghadapi ular piton,” tambahnya.

Ia juga menekankan pentingnya menjaga ekosistem hutan seperti hutan primer, hutan sekunder, kawasan karst, dan hutan riparian, yang menjadi habitat alami berbagai satwa liar.

Deforestasi Adalah Akar Konflik

Konflik antara ular piton dan manusia adalah konsekuensi langsung dari kerusakan lingkungan, terutama deforestasi yang masif. Tanpa upaya perlindungan habitat dan edukasi masyarakat, konflik semacam ini diprediksi akan terus terjadi di berbagai wilayah Indonesia.

Ihwal kejadian

Pada 5 Juli 2025 lalu, kengerian menyelimuti warga Kelurahan Majapahit, Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara.

Keadilan Ekologis Menang di Sulawesi Tenggara: PN Unaaha Vonis PLTU PT OSS Bersalah

Seorang petani ditemukan tewas dalam kondisi tragis: tubuhnya utuh berada di dalam perut seekor ular piton raksasa sepanjang lebih dari delapan meter.

Korban diketahui bernama La Noti (61), warga setempat yang sehari sebelumnya dilaporkan hilang usai pergi berkebun. Tragedi ini terjadi pada Sabtu, 5 Juli 2025, dan menyisakan duka mendalam bagi keluarga serta masyarakat sekitar.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, La Noti berpamitan kepada keluarga pada Jumat pagi, 4 Juli 2025, sekitar pukul 07.00 WITA. Ia berangkat menuju kebun dengan mengendarai sepeda motor bernomor polisi DT 4037 HC. Namun hingga malam hari, ia tak kunjung pulang, membuat keluarga dilanda kecemasan.

Keesokan harinya, Sabtu siang pukul 14.30 WITA, keluarga bersama warga dan aparat mulai melakukan pencarian secara gotong royong. Upaya itu membuahkan hasil ketika mereka menemukan sepeda motor korban masih terparkir di pinggir jalan dekat area kebun. Namun, keberadaan La Noti sendiri masih misterius.

Ular Raksasa dan Penemuan Mengejutkan

Sekitar pukul 15.40 WITA, pencarian berubah drastis ketika salah seorang warga menemukan seekor ular piton besar tergeletak di semak belukar. Ular itu tampak tidak bergerak, dengan bagian perut membuncit tak wajar. Kecurigaan pun muncul bahwa reptil tersebut telah menelan sesuatu atau seseorang.

Keputusan dramatis pun diambil. Dengan penuh kewaspadaan, warga membelah perut ular tersebut. Suasana seketika berubah menjadi histeris dan penuh tangis ketika tubuh La Noti ditemukan utuh, tak bernyawa, di dalam perut ular.

Proses evakuasi dilakukan dengan hati-hati sebelum jenazah dibawa pulang ke rumah duka. La Noti kemudian dimakamkan pada Minggu, 6 Juli 2025, di TPU setempat, diiringi isak tangis keluarga dan kerabat.

Menurut aparat Babinsa Kelurahan Majapahit, ini adalah kasus pertama ular piton memangsa manusia di wilayah tersebut. Meski begitu, warga mengaku sudah sering melihat ular besar berkeliaran, terutama saat musim panen.

“Kami sering lihat ular besar, tapi tidak pernah menyangka bisa memangsa manusia,” ujar salah satu warga.

Pemerintah desa mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan saat berada di kebun atau hutan. Langkah-langkah pencegahan, termasuk patroli bersama warga, akan diperkuat untuk mencegah kejadian serupa.

Ancaman Satwa Liar Masih Nyata

Kejadian mengerikan ini menjadi pengingat bahwa ancaman dari satwa liar di kawasan perbatasan hutan masih sangat nyata. Di tengah aktivitas pertanian masyarakat pedesaan, kewaspadaan terhadap predator alam seperti ular piton kini menjadi perhatian serius.

Tragedi La Noti menggugah kesadaran kolektif: bahwa di balik rimbunnya hutan tropis Indonesia, ancaman alam bisa muncul kapan saja dan memakan korban. (MS)

Simak Berita Lainnya di WA Channel disini

Top News

01

Besaran Gaji PPPK Paruh Waktu di 16 Daerah Sulawesi Tenggara: Cek Daftar Lengkapnya!

02

KPK Bidik Daerah Lain Penerima DAK Kesehatan di Sulawesi Tenggara

03

Gerakan Pangan Murah di Sulawesi Tenggara Disambut Antusias Rakyat

04

DKPP Periksa KPU Konawe Kepulauan dan Kolaka Timur Terkait Pelanggaran Etik

05

Breaking News: KPK OTT Bupati Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara

Berita Terbaru






Jadwal Sholat

⏳ Mengambil jadwal sholat...
Iklan Promosi Mediasultra.com

Media Politik






Kendari Hits





⚽ Jadwal Pertandingan

  • Girona FC vs Rayo Vallecano de MadridPrimera Division15 Aug 2025 - 00:00 WIB
  • Villarreal CF vs Real OviedoPrimera Division15 Aug 2025 - 02:30 WIB
  • Deportivo Alavés vs Levante UDPrimera Division16 Aug 2025 - 22:00 WIB