KENDARI – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan tren mengkhawatirkan dalam perekonomian Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
Data terbaru menunjukkan aset masyarakat turun 2,60% dan tabungan merosot 9,90%, sementara kredit melonjak tajam hingga 13,29% pada pertengahan 2025. Ironisnya, lonjakan tersebut lebih banyak disumbang oleh kredit konsumtif, bukan produktif.
Temuan ini disampaikan dalam rapat koordinasi Program Percepatan Akses Keuangan Daerah (PAKDA) yang digelar di Ruang Rapat Sekda Kantor Wali Kota Kendari, Rabu (13/8/2025). Rapat dipimpin oleh Asisten II Sekretariat Daerah Kendari, Nismawati, bersama Asisten Manajer Senior OJK, Imam Adicipta Nursantoso.
Akses Keuangan Inklusif Jadi Kunci
Nismawati menegaskan bahwa percepatan akses keuangan adalah pilar penting untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan di Kendari.
“Akses yang merata terhadap layanan keuangan akan membuka peluang usaha baru, memperkuat daya saing, dan mengurangi kesenjangan ekonomi,” ujarnya.
Sejak 2023, Pemkot Kendari telah menggulirkan program AMAN dan Kejar Kuntas untuk meningkatkan literasi serta inklusi keuangan. Namun, tantangan utama tetap pada minimnya budaya menabung dan berinvestasi jangka panjang di masyarakat.
Analisis OJK: Kredit Konsumtif Menguat, Tabungan Tergerus
Imam Adicipta Nursantoso memaparkan, meski peningkatan kredit bisa menjadi indikator dinamika ekonomi, komposisi kredit konsumtif yang terlalu dominan justru berisiko menekan daya tahan ekonomi masyarakat.
Selain itu, tingginya rasio kredit terhadap simpanan (Money Deposit Ratio/MDR) menjadi sinyal bahwa warga semakin bergantung pada pembiayaan hutang, bukan pada penguatan aset atau modal usaha.
“Kondisi ini perlu diimbangi dengan edukasi keuangan agar masyarakat tidak terjebak dalam pola belanja konsumtif berlebihan,” tegas Imam.
Implikasi Ekonomi Kendari
Fenomena ini menunjukkan adanya pergeseran pola ekonomi:
– Daya simpan masyarakat melemah, yang bisa mengurangi cadangan dana darurat dan investasi produktif.
– Kredit konsumtif mendominasi, berpotensi meningkatkan risiko kredit macet di masa depan.
– Ketergantungan pembiayaan dari perbankan meningkat, sementara kemandirian finansial melemah.
Jika tren ini berlanjut, perekonomian Kendari bisa menghadapi ketidakseimbangan pertumbuhan, di mana belanja konsumtif memacu pertumbuhan jangka pendek namun mengorbankan stabilitas jangka panjang.
Strategi Perbaikan
Untuk mengatasi masalah ini, Pemkot Kendari dan OJK sepakat memperkuat:
1. Program literasi keuangan berbasis komunitas dan sekolah.
2. Kampanye menabung dan investasi jangka panjang.
3. Akses pembiayaan produktif bagi pelaku UMKM, bukan sekadar kredit konsumsi.
4. Pemantauan MDR dan rasio kredit bermasalah secara rutin.
Nismawati menutup rapat dengan optimisme bahwa dengan sinergi lintas sektor, Kendari bisa menjadi contoh daerah yang berhasil meningkatkan inklusi keuangan secara sehat dan merata. (MS)
Simak Berita Lainnya di WA Channel disini