KENDARI – Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat lonjakan investasi signifikan pada semester I tahun 2025.
Berdasarkan data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sultra, realisasi investasi mencapai Rp13,6 triliun, melampaui target nasional yang ditetapkan Kementerian Investasi/BKPM sebesar Rp13,2 triliun.
Kepala DPMPTSP Sultra, Parinringi, menegaskan capaian ini mencerminkan daya tarik Sultra sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di kawasan timur Indonesia.
“Hingga Juni 2025 realisasi investasi sudah mencapai 102,54 persen dari target. Ini menunjukkan kondisi investasi di Bumi Anoa dalam tren yang sangat positif,” ujar Parinringi di Kendari, Senin (25/8/2025).
Sektor Dominan: Industri Logam dan Pertambangan
Data menunjukkan kontribusi terbesar investasi di Sultra berasal dari industri logam dasar yang mencapai Rp6,7 triliun. Disusul sektor pertambangan Rp1,19 triliun, perdagangan dan reparasi Rp474,78 miliar, perumahan, kawasan industri dan perkantoran Rp422,34 miliar, serta jasa lainnya Rp68,6 miliar.
Jika dilihat per wilayah, Kabupaten Kolaka menjadi magnet utama investasi dengan capaian Rp6,48 triliun. Kemudian disusul Kabupaten Konawe Rp1,89 triliun, Konawe Utara Rp192,7 miliar, Konawe Selatan Rp185,1 miliar, dan Kota Kendari Rp160,5 miliar.
Peran Program 100 Hari Kerja Gubernur
Menurut Parinringi, keberhasilan ini tidak lepas dari program strategis Gubernur Andi Sumangerukka bersama Wakil Gubernur Hugua, termasuk penyelenggaraan Sultra Investment Summit 2025 yang menjadi bagian dari program 100 hari kerja.
Forum tersebut mempertemukan investor, baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), untuk membahas kendala dan percepatan realisasi investasi.
“Setelah pertemuan itu, kami melakukan pendampingan intensif dengan investor. Hasilnya, target realisasi investasi bisa ditembus bahkan melampaui capaian nasional,” jelas Parinringi.
Sultra Kian Jadi Episentrum Investasi Nasional
Capaian Rp13,6 triliun dalam enam bulan pertama 2025 menjadi sinyal bahwa Sultra kini bertransformasi menjadi episentrum investasi berbasis sumber daya alam dan industri hilir.
Industri logam dasar yang mendominasi investasi menunjukkan penguatan sektor hilirisasi nikel yang menjadi kebijakan strategis nasional.
Namun, tantangan besar masih menanti. Peningkatan investasi harus diimbangi dengan tata kelola lingkungan yang berkelanjutan, pemerataan ekonomi daerah, serta perlindungan sosial bagi masyarakat terdampak.
Jika tidak dikelola dengan baik, lonjakan investasi berpotensi menimbulkan ketimpangan ekonomi dan krisis ekologis.
Di sisi lain, kehadiran Sultra Investment Summit menjadi langkah strategis Pemprov untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif, mempercepat perizinan, sekaligus memperkuat branding Sultra sebagai destinasi investasi ramah bisnis di kawasan timur Indonesia.
Kabar baik Perekonomian
Pertumbuhan investasi di Sultra yang melampaui target nasional merupakan kabar baik bagi perekonomian daerah. Dengan dukungan kebijakan hilirisasi, penguatan infrastruktur, dan pendampingan investor, Sultra berpotensi menjadi salah satu motor penggerak investasi Indonesia di masa depan.
Namun, keberlanjutan lingkungan dan pemerataan manfaat bagi masyarakat harus tetap menjadi prioritas utama. (MS)
Simak Berita Lainnya di WA Channel disini