KENDARI – Di balik toga wisuda dan gelar Lulusan Terbaik Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra), tersimpan kisah luar biasa dari seorang mahasiswi muda asal pelosok Desa Bambaea, Kabupaten Bombana.
Dialah Windi Putri Handina, perempuan kelahiran 23 September 2003 yang berhasil membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk berprestasi.
Melalui kerja keras dan dedikasi, Windi menuntaskan studinya di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Unsultra hanya dalam waktu 3 tahun 7 bulan dengan IPK nyaris sempurna, yakni 3,93.
Prestasi itu membawanya meraih kehormatan sebagai lulusan terbaik tanpa skripsi, sebuah penghargaan yang diberikan kampus atas rekam jejak akademik dan non-akademik yang gemilang.
Perjalanan Hidup Penuh Ujian
Kisah hidup Windi tidaklah mudah. Sang ayah meninggal saat ia duduk di bangku kelas 2 SD, disusul ibunda tercinta ketika ia masih di kelas 5. Sejak itu, Windi hidup bersama nenek dan tantenya. Namun, duka tersebut tidak membuatnya menyerah, melainkan menjadi sumber kekuatan untuk terus melangkah.
Dengan dukungan beasiswa KIP Kuliah, Windi berhasil menapaki bangku perkuliahan dan membuktikan diri sebagai sosok tangguh.
“Saya ingin membuktikan bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk berprestasi,” ujarnya penuh keyakinan.
Segudang Prestasi Akademik dan Organisasi
Selain unggul di kelas, Windi juga aktif di berbagai kegiatan mahasiswa. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa PGSD, menjadi bagian dari Duta In Global Action Unsultra 2022, serta aktif di organisasi PMII.
Di bidang akademik, Windi turut serta dalam program unggulan seperti Pertukaran Mahasiswa Merdeka, Kampus Mengajar, hingga tampil di forum internasional.
Ia juga mencatatkan namanya sebagai penulis jurnal terindeks Sinta 5 dan juara Olimpiade Sains Nasional.
Pesan Inspiratif Sang Lulusan Terbaik
Dalam sambutannya pada Yudisium ke-VII FKIP Unsultra (9 Agustus 2025), Windi menyampaikan rasa syukur dan pesan mendalam.
“Empat tahun ini bukan hanya tentang menyelesaikan mata kuliah, tapi tentang membentuk diri menjadi pribadi yang siap mengabdi. Kita adalah calon pendidik. Tugas kita bukan sekadar mengajar, tapi menginspirasi. Jadilah guru yang menghadirkan cahaya, bukan hanya memberi pelajaran,” ucapnya dengan penuh haru.
Dekan FKIP Unsultra, Dr. Anidi, S.Ag., M.Si., M.H, turut memberikan apresiasi.
Ia menegaskan bahwa capaian Windi adalah bukti nyata bahwa pendidikan bisa melahirkan generasi pendidik berkarakter, kompeten, dan adaptif.
Inspirasi dari Desa untuk Indonesia
Kisah Windi Putri Handina adalah bukti bahwa mimpi besar bisa lahir dari desa kecil. Dari kehidupan penuh tantangan, ia berhasil menorehkan prestasi yang menginspirasi banyak orang.
Sosoknya kini menjadi simbol harapan bagi mahasiswa dan generasi muda di seluruh Indonesia—bahwa mimpi bisa tercapai asal tidak berhenti berusaha. (MS)
Simak Berita Lainnya di WA Channel disini