BANDUNG – Tim peneliti dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB bersama BRIN berhasil mengumumkan penemuan spesies tumbuhan endemik baru dari Sulawesi Tenggara.
Spesies jambu lokal yang dikenal masyarakat dengan nama Ruruhi ini kini resmi dideskripsikan sebagai Syzygium rubrocarpum, anggota baru dari keluarga Myrtaceae.
Penemuan ini merupakan hasil kolaborasi antara Arifin Surya Dwipa Irsyam, S.Si., M.Si. (Kurator Herbarium Bandungense SITH ITB), dengan dua peneliti BRIN: Irvan Martiansyah dari Pusat Riset Botani Terapan, dan Muhammad Rifqi Hariri dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi.
Koleksi Lama, Identitas Baru
Awalnya, spesies ini terlacak dari koleksi hidup di Kebun Raya Bogor yang dikumpulkan sejak 1996 oleh almarhum Subekti Purwantoro, peneliti senior LIPI asal Kolaka. Setelah dilakukan analisis morfologi mendalam, Arifin Irsyam menyatakan bahwa karakter buah Ruruhi berbeda mencolok dari spesies Syzygium lain di kawasan Wallacea.
“Buahnya bulat dengan warna merah terang, berbeda dari spesies serupa yang berwarna ungu kehitaman. Ciri ini menjadi kunci penamaan rubrocarpum, dari kata rubro (merah) dan carpum (buah),” jelas Arifin dikutip Jumat (22/8/2025).
Menariknya, peneliti juga menemukan fakta bahwa buah Ruruhi sudah diperdagangkan oleh masyarakat Kendari melalui media sosial. Temuan ini memperkuat bukti bahwa spesies tersebut bukan hanya unik secara ilmiah, tetapi juga punya potensi ekonomi lokal.
Meluruskan Kekeliruan Ilmiah
Sebelumnya, Ruruhi sering keliru diidentifikasi sebagai Syzygium polycephalum. Kesalahan ini berulang dalam sejumlah publikasi ilmiah. Melalui riset taksonomi terbaru yang menggabungkan data morfologi dan molekuler, tim ITB dan BRIN menegaskan bahwa Syzygium rubrocarpum adalah spesies berbeda.
Perbedaan utama terlihat pada dua hal:
1. Perbungaan – Ruruhi memiliki perbungaan berbatas (cyme) yang tumbuh dari batang utama (cauliflorous), sedangkan S. polycephalum berperbungaan malai (panicle) di ranting.
2. Buah – Ruruhi berbuah bulat dengan warna merah terang, sedangkan S. polycephalum menghasilkan buah ungu kehitaman menyerupai manggis.
Pentingnya Taksonomi untuk Biodiversitas
Penemuan ini kembali menegaskan betapa kaya keanekaragaman hayati Indonesia, khususnya Sulawesi Tenggara. Bahkan, tumbuhan yang sudah lama diperdagangkan masyarakat pun bisa menyimpan identitas ilmiah baru.
“Taksonomi mungkin terdengar sulit dan menakutkan, tetapi justru ilmu ini sangat penting untuk mengungkap tabir kekayaan biodiversitas Indonesia,” tegas Arifin.
Sulawesi Tenggara, Surga Biodiversitas yang Belum Terungkap
Keberhasilan mendeskripsikan Syzygium rubrocarpum semakin memperkuat reputasi Sulawesi Tenggara sebagai pusat biodiversitas yang menyimpan banyak spesies endemik.
Penemuan ini sekaligus menjadi pengingat bahwa riset taksonomi, konservasi, dan pemanfaatan hayati berkelanjutan harus menjadi prioritas di tengah masifnya pembangunan dan eksploitasi sumber daya alam. (MS)
Simak Berita Lainnya di WA Channel disini