JAKARTA – PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) mencatat lonjakan signifikan dalam produksi bijih nikel pada semester I/2025.
Tambang nikel Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) yang dimiliki perseroan (MBMA Group) di Konawe, Sulawesi Tenggara, berhasil memproduksi 6,9 juta wet metric tonnes (wmt) bijih nikel, naik 78% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Produksi tersebut terdiri dari peningkatan 45% pada limonit dan 189% pada saprolit, meskipun curah hujan tinggi sempat menjadi tantangan operasional.
Manajemen MBMA menegaskan bahwa pertumbuhan ini merupakan buah dari investasi perusahaan dalam penguatan kapabilitas penambangan dan pembangunan infrastruktur selama 12–18 bulan terakhir, sehingga operasi tambang menjadi lebih tangguh secara struktural.
Sementara itu, smelter Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) MBMA memproduksi 33.045 ton Nickel Pig Iron (NPI) pada periode yang sama, atau turun 23% YoY.
Penurunan ini disebabkan pemeliharaan terjadwal, yang menurut manajemen bertujuan memperkuat keselamatan, efisiensi operasional, serta menekan biaya jangka panjang.
Direktur Utama MBMA Teddy Oetomo menegaskan bahwa kinerja tersebut mencerminkan kekuatan operasi perseroan.
“Meskipun volume pengolahan terdampak sementara akibat pemeliharaan, peningkatan produksi bijih nikel akan menurunkan biaya sekaligus memperkuat daya saing jangka panjang kami,” ujar Teddy dalam keterangan resmi dikutip Senin (29/9/2025).
Ekspansi Strategis: HPAL dan AIM
MBMA juga terus menggenjot proyek pengolahan nikel bernilai tambah. Pabrik High Pressure Acid Leach (HPAL) milik PT ESG New Energy Material dengan kapasitas 30.000 ton per tahun nikel dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) berhasil menjual 9.465 ton MHP melalui Train A selama semester I/2025, sementara Train B mulai beroperasi di akhir kuartal II/2025.
Adapun pembangunan pabrik HPAL lain, PT Sulawesi Nickel Cobalt (SLNC) dengan kapasitas 90.000 ton per tahun, sudah mencapai 29% dan ditargetkan melakukan commissioning train pertama pada pertengahan 2026.
Proyek pendukung seperti Feed Preparation Plant (FPP) dan pipa slurry ke Morowali juga ditargetkan rampung pada akhir 2025 hingga pertengahan 2026.
Selain itu, fasilitas strategis Acid Iron Metal (AIM) yang dikelola PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI) juga menunjukkan perkembangan positif. Pabrik pirit dan asam telah beroperasi penuh, sementara pabrik logam klorida dan katoda tembaga diproyeksikan meningkatkan produksi di akhir 2025.
“Kami sangat terpacu oleh pertumbuhan berkelanjutan produksi bijih nikel serta kemajuan proyek HPAL dan AIM. Semua ini akan menjadi game changer bagi MBMA ke depan,” tutup Teddy. (MS)
Simak Berita Lainnya di WA Channel disini