KENDARI – Struktur ekonomi Sulawesi Tenggara dinilai masih terlalu bergantung pada sektor pertambangan, menjadikannya rentan terhadap fluktuasi harga global.
Hal ini menjadi perhatian utama dalam pertemuan perdana Forum Ekonomi Regional (FERO) SULTRA 2025 yang digelar oleh Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Sultra akhir Juli 2025 lalu.
Forum ini bertujuan membangun sinergi lintas lembaga untuk memperkuat fondasi ekonomi yang tangguh, inklusif, dan berkelanjutan.

Pertemuan perdana Forum Ekonomi Regional (FERO) SULTRA 2025 yang digelar oleh Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Sultra akhir Juli 2025 lalu. Ist
Ketergantungan pada Tambang, Ancaman Bagi Stabilitas Ekonomi Sultra
Kepala Kanwil DJPb Sultra, Iman Widhiyanto, menegaskan bahwa dominasi sektor pertambangan membuat perekonomian Sultra sangat sensitif terhadap dinamika pasar global.
“Saat harga nikel dan komoditas tambang turun, perekonomian kita ikut goyah. Ini tidak sehat untuk jangka panjang,” ujarnya.
Meskipun pertumbuhan ekonomi Sultra pada 2024 tercatat sebesar 5,08%, sedikit di atas rata-rata nasional, namun tanpa diversifikasi sektor, capaian ini sulit dipertahankan.
FERO SULTRA Dorong Transformasi Ekonomi Daerah
Forum yang berlangsung di Aula Kanwil DJPb ini dihadiri berbagai pemangku kepentingan strategis, termasuk Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, BPS, OJK, BPKP, dan Pemerintah Provinsi Sultra.
Dalam forum ini, para peserta sepakat bahwa Sultra perlu mempercepat transformasi ekonomi menuju: Industri pengolahan dan hilirisasi sumber daya alam, Pengembangan ekonomi hijau dan pariwisata berkelanjutan, Digitalisasi UMKM dan sektor jasa produktif lainnya.
Isu Strategis: KUR untuk Konsumsi, PAD Lemah, dan Minimnya Diversifikasi
Diskusi juga menyoroti beberapa isu penting, seperti:
– Rendahnya kontribusi sektor non-tambang terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB);
– Penurunan realisasi belanja negara dan perlunya belanja pemerintah yang lebih produktif;
– Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang justru banyak diserap untuk kebutuhan konsumtif, bukan produktif;
– Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pajak kendaraan dan air permukaan yang belum tergarap maksimal.
Sinergi Lintas Instansi Jadi Kunci Diversifikasi Ekonomi Sultra
FERO SULTRA menjadi wadah awal untuk menyatukan langkah antarlembaga dalam menyusun kebijakan ekonomi berbasis data. Literasi keuangan, perencanaan fiskal yang adaptif, serta dukungan terhadap sektor-sektor non-tambang dipandang sebagai strategi utama untuk melepaskan ketergantungan terhadap pertambangan.
Forum ini menyimpulkan bahwa masa depan ekonomi Sulawesi Tenggara harus dibangun di atas pondasi diversifikasi, bukan hanya bertumpu pada hasil tambang. Tanpa transformasi struktural, daerah ini akan terus terjebak dalam siklus ketidakstabilan ekonomi akibat naik-turunnya harga global.
Melalui sinergi antarlembaga dan komitmen bersama, Sultra diharapkan mampu mengarahkan perekonomiannya ke jalur yang lebih berdaya tahan, berkeadilan, dan inklusif bagi seluruh masyarakat. (MS)
Simak Berita Lainnya di WA Channel disini