KONAWE UTARA – Wilayah pesisir Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra) tengah menghadapi ancaman serius dari abrasi pantai yang kian mengganas.
Fenomena ini tidak hanya merusak ekosistem pesisir, tetapi juga menggerus infrastruktur vital dan mengancam permukiman masyarakat.
Salah satu kasus terbaru terjadi di Desa Laimeo, Kecamatan Sawa, Kabupaten Konawe Utara, di mana panjang garis pantai yang terkikis telah mencapai 95 meter dengan kedalaman 15–20 meter.
Kepala BPBD Konawe Utara, Muhammad Aidin, membenarkan abrasi tersebut masih berlangsung sejak Senin (15/9/2025).
“Sampai saat ini masih terjadi pengikisan pantai di wilayah tersebut. Ancamannya memang pemukiman warga,” ujarnya kepada media Rabu (17/9/2025).
BPBD merencanakan penetapan tiga desa sebagai Desa Tangguh Bencana, yaitu Laimeo, Tanjung Laimeo, dan Ulu Sawa. Tujuannya untuk memperkuat kesiapsiagaan masyarakat menghadapi ancaman bencana abrasi.
Aidin juga mengimbau warga agar tidak beraktivitas di sekitar lokasi abrasi untuk menghindari potensi bahaya.
Ketiadaan Mangrove, Abrasi Meningkat
Hilangnya fungsi ekosistem mangrove di pesisir Konawe Utara disebut sebagai salah satu faktor utama cepatnya abrasi. Ketiadaan benteng alami ini membuat ombak langsung menghantam garis pantai hingga mempercepat pengikisan.
Mangrove sejatinya berfungsi sebagai penahan gelombang, pelindung daratan dari abrasi, serta habitat penting bagi biota laut. Rehabilitasi mangrove dinilai menjadi solusi jangka panjang dalam mengatasi abrasi di Konawe Utara.
Abrasi, Perubahan Iklim, dan Hilangnya Mangrove
Fenomena abrasi yang semakin sering terjadi di berbagai pesisir Indonesia, termasuk di Konawe Utara, bukan hanya persoalan lokal. Abrasi adalah tanda nyata perubahan iklim global, kenaikan muka air laut, dan kerusakan ekosistem pesisir.
Salah satu faktor utama yang mempercepat abrasi adalah hilangnya hutan mangrove. Mangrove berfungsi sebagai benteng alami pesisir dengan menahan gelombang, mencegah erosi, sekaligus menjadi habitat penting bagi biota laut.
Namun, banyak kawasan mangrove di Sulawesi Tenggara rusak akibat alih fungsi lahan, penebangan, dan aktivitas pertambangan.
Tanpa perlindungan mangrove, garis pantai menjadi rapuh, sehingga abrasi semakin cepat menghantam permukiman warga.
Mangrove Sebagai Solusi Jangka Panjang
Menghadapi ancaman abrasi, solusi darurat memang penting, tetapi rehabilitasi mangrove harus menjadi prioritas utama. Selain menahan abrasi, mangrove juga:
Meredam gelombang tinggi dan badai.
Menyediakan sumber kehidupan nelayan.
Menyerap emisi karbon yang memperparah krisis iklim.
Jika rehabilitasi ekosistem pesisir dilakukan dengan serius, abrasi tidak hanya dapat ditekan, tapi juga akan memberikan manfaat ekonomi dan ekologis jangka panjang bagi masyarakat pesisir.
Alarm untuk Semua Pihak
Kasus di Konawe Utara adalah alarm keras bagi pemerintah, masyarakat, dan pelaku industri. Tanpa langkah tegas dalam penataan ruang pesisir dan perlindungan mangrove, abrasi bisa meluas ke desa-desa lain dan menimbulkan kerugian sosial-ekonomi yang lebih parah. (MS)
Simak Berita Lainnya di WA Channel disini


