KENDARI – Dunia transportasi di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menunjukkan dinamika yang menarik sepanjang Agustus 2025.
Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra mencatat adanya peningkatan jumlah penumpang angkutan udara dan kenaikan signifikan arus barang melalui moda laut, namun dibarengi penurunan tajam pada jumlah penumpang kapal laut.
“Kondisi ini menandai pergeseran pola mobilitas dan logistik di wilayah maritim tersebut, seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi dan konektivitas udara antardaerah,” ungkap Plt. Kepala BPS Sultra, Andi Kurniawan, dalam siaran pers yang dikutip Senin (6/10/2025).
Angkutan Udara Naik 0,89 Persen: Indikasi Pulihnya Mobilitas Bisnis dan Wisata
Jumlah penumpang angkutan udara domestik yang berangkat dari Sultra pada Agustus 2025 tercatat sebanyak 55.818 orang, naik 0,89 persen dibandingkan Juli yang mencapai 55.323 orang. Namun, penumpang yang datang justru mengalami sedikit koreksi 0,81 persen, dari 59.796 menjadi 59.311 orang.
Secara kumulatif Januari–Agustus 2025, total penumpang udara di Sultra mencapai 885.141 orang, naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 839.353 orang.
“Kenaikan ini mencerminkan semakin kuatnya kepercayaan masyarakat terhadap transportasi udara, serta pertumbuhan sektor jasa dan pariwisata di sejumlah daerah seperti Kendari, Wakatobi, dan Kolaka,” jelasnya.
“Pertumbuhan kecil tapi stabil ini adalah sinyal positif bagi pemulihan ekonomi berbasis konektivitas,” ujar analis transportasi BPS Sultra, dalam rilis resminya.
Penumpang Kapal Laut Anjlok 10,25 Persen: Efek Pergeseran dan Efisiensi Moda
Berbanding terbalik dengan transportasi udara, jumlah penumpang kapal laut domestik justru turun signifikan sebesar 10,25 persen, dari 235.486 orang pada Juli menjadi 211.347 orang pada Agustus 2025.
Rinciannya, penumpang yang naik turun 6,12 persen menjadi 114.528 orang, sementara yang turun anjlok lebih dalam, 14,69 persen, menjadi 96.819 orang.
“Penurunan ini diduga kuat akibat pergeseran preferensi moda transportasi ke udara, terutama untuk perjalanan bisnis dan antarprovinsi yang menuntut efisiensi waktu,” jelas Andi.
Selain itu, faktor cuaca dan jadwal pelayaran yang tidak stabil di sejumlah pelabuhan kecil juga menjadi penyebab turunnya volume penumpang laut.
Barang Laut Naik 9,3 Persen: Logistik Maritim Tetap Jadi Tulang Punggung
Meski penumpang kapal laut menurun, angkutan barang melalui moda laut justru melonjak. Pada Agustus 2025, total volume barang laut mencapai 3,59 juta ton, naik 9,30 persen dibandingkan Juli 2025 yang berjumlah 3,26 juta ton.
Rinciannya, barang yang dibongkar naik 14,11 persen menjadi 1,14 juta ton, sementara barang yang dimuat meningkat 8,55 persen menjadi 2,45 juta ton.
Kenaikan ini menegaskan peran strategis transportasi laut sebagai tulang punggung distribusi logistik Sulawesi Tenggara, khususnya untuk perdagangan komoditas nikel, hasil perikanan, dan bahan kebutuhan pokok antarwilayah.
“Tren ini menunjukkan bahwa ekonomi berbasis sumber daya alam dan ekspor logistik maritim di Sultra terus bergulir, meskipun mobilitas penumpang menurun,” jelasnya.
Angkutan Barang Udara Juga Naik: Pusat Distribusi Modern Mulai Bergerak
Selain moda laut, angkutan barang udara juga tumbuh meski tipis, naik 0,08 persen menjadi 1.196 ton. Kenaikan ini sebagian besar berasal dari volume barang yang dibongkar dari pesawat domestik, yakni 883 ton atau naik 0,23 persen.
Fakta ini memperkuat sinyal bahwa ekosistem logistik cepat dan bernilai tinggi — seperti produk perikanan segar, farmasi, dan e-commerce — mulai menguat di Sulawesi Tenggara.
Arah Ekonomi Sultra Mengarah ke Mobilitas Cepat dan Efisiensi Logistik
Jika ditarik lebih luas, data ini memperlihatkan arah transformasi ekonomi Sultra yang mulai bergeser dari ketergantungan pada transportasi laut penumpang ke sistem logistik dan mobilitas udara yang efisien.
Peningkatan arus barang laut menunjukkan geliat industri dan perdagangan, terutama di sektor pertambangan dan perikanan, sementara naiknya transportasi udara mencerminkan meningkatnya kegiatan bisnis, pariwisata, dan konektivitas antarkota.
Namun, penurunan penumpang kapal laut bisa menjadi indikasi ketimpangan akses dan infrastruktur transportasi antarwilayah, terutama di daerah pesisir dan pulau-pulau kecil yang masih mengandalkan moda laut. (MS)
Simak Berita Lainnya di WA Channel disini