KOLAKA UTARA – Tak hanya menjadi tempat ibadah, Masjid Agung Bahru Rasyad Wal Ittihad kini bertransformasi menjadi ruang silaturahmi yang hangat dan inklusif bagi masyarakat.
Sejak Mei 2025, masjid yang menjadi ikon spiritual Kabupaten Kolaka Utara ini menghadirkan program unik bertajuk “Ngopi dan Ngeteh Bareng”—sebuah pendekatan sederhana namun berdampak besar dalam menghidupkan masjid.
Setiap Jumat, selepas salat, jamaah disambut dengan suguhan kopi, teh, susu, serta aneka makanan ringan. Suasana yang tadinya hening berubah menjadi penuh keakraban. Tak hanya memperkuat tali silaturahmi, program ini juga berhasil menghidupkan kembali semangat jamaah untuk datang ke masjid.
“Masjid ini lokasinya agak jauh dari permukiman. Lewat program ini, kami ingin menjadikannya tempat yang dirindukan. Alhamdulillah, yang awalnya hanya dua-tiga saf, sekarang sudah tujuh sampai delapan saf setiap Jumat,” ujar H. Hamzah, S.Ag, Wakil Ketua I Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), Jumat (11/7).
Kini, jumlah jamaah Jumat mencapai 600 hingga 700 orang setiap pekan. Bahkan setiap pagi, masjid juga rutin menggelar program “Sedekah Subuh”—jamaah duduk bersama selepas salat, berbagi makanan ringan sambil memperkuat kebersamaan dan nilai-nilai spiritual.
Masjid Sebagai Pusat Kehidupan Sosial dan Ekonomi Umat
Inovasi ini bukan sekadar agenda DKM, melainkan bagian dari penjabaran visi besar Pemerintah Kabupaten Kolaka Utara yang dipimpin oleh Bupati Drs. H. Nurrahman Umar, MH dan Wakil Bupati H. Jumarding, SE, yang juga menjabat sebagai Ketua Umum DKM.
Demi memperluas dampak program, Bupati telah menerbitkan surat edaran yang mendorong aparatur sipil negara (ASN) dari berbagai OPD untuk berjamaah secara bergiliran di Masjid Agung. Ini menciptakan keterlibatan lintas institusi dan memperkuat karakter ASN melalui aktivitas keagamaan.
“Kami menjalankan arahan bupati dan wakil bupati, bagaimana menjadikan masjid sebagai sarana memperkuat akhlak dan ketakwaan masyarakat,” jelas H. Hamzah.
Tak berhenti pada aspek ibadah, pemerintah daerah juga mendorong Masjid Agung sebagai ruang publik terintegrasi yang mendukung pemberdayaan ekonomi. Tahun ini, anggaran telah disiapkan untuk pembangunan taman, rumah singgah, dan fasilitas UMKM di kawasan masjid.
Bahkan DKM telah mengajukan pengelolaan kolam seluas 25 hektare serta lahan hortikultura di sekitar masjid. Tujuannya jelas: menjadikan masjid sebagai motor penggerak ekonomi umat.
“Kalau empang itu dikelola oleh masjid, hasilnya bisa kembali ke jamaah—untuk mendukung kegiatan sosial, membantu masyarakat, dan membangun masjid yang mandiri,” ujarnya.
Dari Jogging, Subuhan, hingga Ekonomi Umat
Kini, Masjid Agung Bahru Rasyad Wal Ittihad tidak hanya ramai saat waktu salat. Warga datang untuk jogging, bersantai sore, atau sekadar menikmati suasana taman masjid. Namun pengurus tetap tegas: masjid harus tetap menjadi ruang yang menjunjung adab dan nilai-nilai ibadah.
Dengan semangat “masjid yang hidup, umat yang makmur,” Kolaka Utara telah menunjukkan bahwa tempat ibadah bisa menjadi pusat perubahan sosial yang nyata.
“Kami ingin tunjukkan bahwa masjid bisa jadi pusat transformasi. Kolaka Utara madani harus dimulai dari masjid yang hidup dan menyentuh hati umat,” pungkas H. Hamzah. (MS)
Simak Berita Lainnya di WA Channel disini
Discussion about this post