JAKARTA – Industri pertambangan nikel di Sulawesi Tenggara (Sultra) semakin ramai menjadi incaran aksi korporasi.
Sejumlah emiten besar di Bursa Efek Indonesia (BEI), mulai dari PT Astra International Tbk. (ASII), PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG), hingga PT United Tractors Tbk. (UNTR), terpantau aktif melakukan akuisisi sepanjang paruh kedua 2025.
Langkah ini sejalan dengan tren optimisme pasar saham, penguatan harga komoditas, serta penurunan suku bunga yang menciptakan iklim investasi kondusif.
Emiten Tambang Berebut Aset Nikel
Gelombang akuisisi mulai terasa ketika ITMG resmi membeli 9,6% saham PT Adhi Kartiko Pratama Tbk. (NICE), perusahaan yang bergerak di sektor tambang nikel laterit di Sulawesi Tenggara. Akuisisi ini dipandang sebagai pintu masuk ITMG untuk memperkuat portofolio bisnis di sektor nikel, khususnya bahan baku baterai kendaraan listrik (EV).
Tak hanya ITMG, UNTR juga melakukan ekspansi agresif dengan mengakuisisi 99,99% saham PT Arafura Surya Alam (ASA) dari PT J Resources Nusantara. Nilai transaksi ini mencapai US$540 juta atau sekitar Rp8,84 triliun.
Selain itu, PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk. (PACK) mengumumkan rencana akuisisi dua perusahaan tambang di Konawe Utara:
30% saham PT Konutara Sejati senilai US$68,7 juta.
34,5% saham PT Karyatama Konawe Utara senilai US$100,08 juta.
Langkah ini menegaskan bahwa Sulawesi Tenggara kian menjadi pusat investasi strategis dalam rantai pasok nikel nasional.
Tren Akuisisi Meluas ke Sektor Lain
Tak hanya nikel, sejumlah emiten konglomerasi juga terlibat dalam aksi akuisisi lintas sektor. ASII, misalnya, menguasai 83,67% saham PT Mega Manunggal Property Tbk. (MMLP). Grup Salim melalui Indomobil (IMAS) mengakuisisi 99,9% saham PT Nissan Motor Indonesia (NMI).
Grup MNC milik Hary Tanoesoedibjo juga masuk dengan mengambil alih 55% saham PT Kios Ria Kreasi (KRK) untuk memperluas bisnis pariwisata di Bali. Sementara itu, PT Green Power Group Tbk. (LABA) memperkuat strategi energi hijau dengan menguasai 65% saham PT Aceh Mineral Abadi (AMA).
Optimisme Pasar Dorong Ekspansi
Pengamat pasar modal, Reydi Octa, menilai tren akuisisi ini tidak lepas dari optimisme investor di pasar saham Indonesia.
“Penurunan suku bunga membuat biaya pinjaman lebih murah. Ini momentum bagi emiten untuk berekspansi melalui akuisisi aset strategis, termasuk tambang nikel di Sulawesi Tenggara,” ujar Reydi dikutip Jumat (19/9/2025).
Sementara itu, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusti, menegaskan bahwa tren akuisisi memperkuat fundamental emiten.
“Sentimen positif ini akan mendorong valuasi saham semakin solid,” katanya.
Sulawesi Tenggara Jadi Pusat Pertumbuhan Nikel Nasional
Dengan deretan aksi akuisisi yang melibatkan perusahaan tambang di Konawe Utara, Kolaka, hingga Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara diperkirakan akan semakin mengukuhkan posisinya sebagai episentrum industri nikel Indonesia.
Aksi korporasi yang dilakukan emiten besar bukan hanya memperkuat struktur modal dan ekspansi bisnis, tetapi juga menjadi sinyal meningkatnya nilai strategis tambang nikel Sultra di mata investor global. (MS)
Simak Berita Lainnya di WA Channel disini