JAKARTA — Kebangkitan Aspal Buton (Asbuton) akhirnya menjadi kenyataan. Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, pemerintah mendorong percepatan hilirisasi sumber daya alam strategis, termasuk industri Asbuton, yang selama ini tertidur meski menyimpan potensi besar.
Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, kembali menjadi sorotan nasional setelah proyek industri Asbuton resmi masuk dalam daftar 8 proyek prioritas hilirisasi sektor mineral dan batu bara (minerba). Proyek ini akan dikelola oleh Danantara Indonesia dengan dukungan investasi jumbo senilai Rp321,8 triliun.
Potensi Strategis Aspal Buton
Aspal Buton adalah kekayaan alam yang hanya dimiliki Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Pulau Buton menyimpan cadangan aspal alam mencapai 662 juta ton, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan cadangan aspal terbesar di dunia.
Berbeda dengan aspal minyak yang masih harus diimpor, Asbuton memiliki karakteristik unggul: bebas parafin, kadar sulfur rendah, serta sangat cocok untuk proyek infrastruktur seperti jalan tol, pelabuhan, dan bandara.
Kemandirian Aspal Dimulai dari Buton
Pemerintah menargetkan kebangkitan industri Asbuton tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang mencapai 1,1 juta ton per tahun, tetapi juga untuk mengurangi impor aspal minyak yang selama ini membebani devisa negara.
Dalam agenda resmi pada Selasa (22/7), Menteri ESDM sekaligus Ketua Satgas Hilirisasi, Bahlil Lahadalia, menyerahkan 18 dokumen pra-feasibility study (pra-FS) kepada Danantara. Delapan proyek di antaranya berasal dari sektor minerba, termasuk pembangunan industri aspal Buton langsung di lokasi sumbernya, Pulau Buton.
“Total investasi mencapai USD38,63 miliar atau sekitar Rp618,13 triliun, dan ini di luar ekosistem baterai kendaraan listrik,” ungkap Bahlil.
Pemerataan Ekonomi di Kawasan Timur
Keputusan membangun industri Asbuton langsung di Pulau Buton merupakan bagian dari komitmen pemerintah era Prabowo untuk mendistribusikan pembangunan secara adil di luar Jawa. Proyek ini diharapkan menjadi penggerak ekonomi lokal dan menciptakan lapangan kerja berkualitas, tidak lagi hanya setara UMR.
Satgas Hilirisasi memperkirakan bahwa seluruh proyek ini akan menyerap lebih dari 276 ribu tenaga kerja, baik secara langsung maupun tidak langsung. Industri Asbuton sendiri berpeluang besar menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Sulawesi Tenggara.
Pemanfaatan Luas dan Teknologi Modern
Aspal Buton tidak hanya digunakan sebagai bahan jalan. Kini, teknologinya telah berkembang, memungkinkan ekstraksi bitumen untuk berbagai keperluan, termasuk: Ubin aspal (Asbuton tile), Blok aspal trotoar, Pelapis bendungan kedap air.
Dengan teknologi modern, Asbuton dapat diolah menjadi produk turunan bernilai tinggi yang menopang berbagai sektor konstruksi.
Danantara Gandeng Investor Global
CEO Danantara, Rosan Roeslani, menyampaikan bahwa selama empat bulan sejak peluncuran, Danantara telah memperoleh komitmen pendanaan hingga USD7 miliar, hasil kerja sama dengan beberapa Sovereign Wealth Fund dunia seperti: Qatar Investment Authority (USD4 miliar), China Investment Corporation (USD2 miliar) dan Russian Direct Investment Fund (jumlah tidak disebutkan).
Rosan menegaskan bahwa kontribusi hilirisasi dalam investasi nasional mencapai 30% dari total Rp950 triliun pada semester pertama 2025.
Sebagai catatan, kebangkitan industri Aspal Buton di era Prabowo bukan sekadar janji politik, tetapi langkah konkret menuju kemandirian infrastruktur nasional. Dengan dukungan investasi besar dan pengelolaan yang tepat, Buton kini bersiap menjadi pusat produksi aspal alam terbesar di Asia Tenggara, membuka era baru pembangunan dari timur Indonesia. (MS)
Simak Berita Lainnya di WA Channel disini
Discussion about this post