KENDARI — Di bawah kepemimpinan Gubernur Mayjen TNI (Purn) Andi Sumangerukka (ASR), ekonomi Sulawesi Tenggara (Sultra) menunjukkan gairah yang sehat dan lonjakan positif.
Pasalnya, berbagai indikator makro seperti ekspor, inflasi, dan efisiensi impor mengalami perbaikan signifikan.
Namun, di balik angka-angka menggembirakan itu, terselip tantangan serius yang tak bisa diabaikan—terutama pada sektor pertanian dan daya beli petani.
Pertumbuhan Ekonomi Sultra Naik, Tapi Daya Beli Petani Turun
Ironisnya, saat ekonomi Sultra mencatat pertumbuhan impresif, daya beli petani justru melemah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami penurunan 2,63 persen, dari 110,70 pada Juni menjadi 107,79 di Juli 2025. Ini menandakan bahwa peningkatan pendapatan petani tak sebanding dengan kenaikan biaya konsumsi mereka.
“Kondisi ini berisiko menurunkan semangat produksi petani dan mengancam keberlanjutan sektor pertanian sebagai fondasi ekonomi pedesaan,” ujar Plt. Kepala BPS Sultra, Andi Kurniawan (4/8/2025).
Ekspor Naik Tajam, Impor Anjlok Drastis
Salah satu capaian penting adalah ekspor Sulawesi Tenggara yang mencapai USD 317,08 juta pada Juni 2025, meningkat 4,22 persen dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu, nilai impor justru turun drastis hingga 71,61 persen menjadi USD 62,70 juta.
Pergeseran ini mengindikasikan bahwa ekonomi daerah mulai bertumpu pada produksi dalam negeri. Namun, pertumbuhan ini belum menyentuh sektor riil seperti pertanian yang menyangkut hajat hidup mayoritas masyarakat desa.
Inflasi Terkendali, Tapi Sentra Pertanian Tertekan
Inflasi Sultra secara tahunan berada pada tingkat 3,72 persen, masih dalam kategori stabil. Namun, Kabupaten Konawe sebagai sentra pertanian mencatat inflasi tertinggi sebesar 5,48 persen, menandakan adanya tekanan harga yang lebih besar di wilayah produsen pangan.
Transportasi Udara Meningkat, Pariwisata Masih Lesu
Sektor transportasi udara menunjukkan pemulihan dengan kenaikan jumlah penumpang domestik sebesar 12,33 persen, mencapai 54.727 orang. Sayangnya, sektor pariwisata belum pulih sepenuhnya. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang hanya 33,19 persen, turun dibanding bulan sebelumnya.
RPJMD Disahkan, Gubernur Fokus pada Pembangunan Inklusif
Dalam rapat paripurna DPRD Sultra (22/7/2025) lalu, Gubernur Andi Sumangerukka secara resmi telah menandatangani dokumen RPJMD Sultra 2025–2029.
Ia menegaskan bahwa arah pembangunan lima tahun ke depan akan lebih menekankan sinergi antar sektor, pemerataan hasil pembangunan, dan penguatan ketahanan ekonomi desa.
“Kami berharap RPJMD ini menjadi pijakan yang kuat untuk memastikan pembangunan yang lebih inklusif, merata, dan berkeadilan,” ujar Gubernur ASR.
Tantangan Nyata: Sektor Pertanian Belum Tersentuh Pertumbuhan
Ketimpangan ini menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi belum menjamin kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya petani yang merupakan garda depan penyedia pangan.
Pemerintah daerah dituntut untuk tidak hanya mengejar angka pertumbuhan, tapi juga memastikan keadilan distribusi manfaatnya.
Solusi Strategis: 6 Langkah Kebijakan untuk Petani Sultra
Untuk menjawab tantangan ini, berikut adalah enam langkah strategis yang direkomendasikan:
1. Subsidi Produksi Pertanian:
Bantuan benih, pupuk, dan alat pertanian agar biaya produksi petani lebih ringan dan hasil panen lebih menguntungkan.
2. Stabilisasi Harga Komoditas:
Pembentukan lembaga penyangga harga di daerah guna menjaga kestabilan harga saat panen raya.
3. Diversifikasi Komoditas:
Dorong petani mengembangkan lebih banyak komoditas unggulan lokal yang tahan terhadap fluktuasi pasar.
4. Revitalisasi Infrastruktur dan Akses Pasar: Perbaikan jalan tani, irigasi, serta logistik hasil panen yang lebih efisien.
5. Kemitraan dengan Industri:
Bangun kerja sama antara petani dan industri pangan/ekspor untuk menjamin pasar dan harga yang adil.
6. Digitalisasi Data dan Asuransi Pertanian: Penguatan sistem pendataan dan perluasan jangkauan asuransi pertanian untuk mitigasi risiko.
Pertumbuhan Harus Disertai Pemerataan
Di bawah kepemimpinan Gubernur Andi Sumangerukka, Sulawesi Tenggara telah membuktikan bahwa daerah ini mampu mencatat pertumbuhan ekonomi yang kuat. Namun, pertumbuhan tanpa pemerataan justru menyisakan ketimpangan yang berbahaya.
Langkah korektif berbasis kebijakan yang berpihak kepada petani dan pelaku ekonomi kecil-menengah harus segera diambil. Hanya dengan itu, cita-cita Sultra sebagai provinsi maju, sejahtera, dan religius dapat benar-benar terwujud secara menyeluruh. (MS)
Simak Berita Lainnya di WA Channel disini