DEPOK – Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat sains, intelektual, dan peradaban Islam dunia.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam acara peluncuran Gerakan Penanaman 1 Juta Pohon Matoa dan groundbreaking Pesantren Istiqlal Internasional Indonesia (PIII) di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Depok, pada Selasa (22/4/2025).
“Indonesia saat ini menjadi sorotan dunia Islam,” ujar Menag Nasaruddin. “Ketika mendampingi Presiden dalam kunjungan ke negara-negara Timur Tengah—seperti Turki, Qatar, UEA, Mesir, dan Yordania—para pemimpin negara menyampaikan harapan besar agar Indonesia menjadi epicentrum baru peradaban Islam.”
Menurutnya, Indonesia memiliki tiga modal utama: demokrasi yang stabil, umat Islam yang moderat, dan keberagaman yang harmonis. Ketiganya menjadi fondasi kuat untuk membangun posisi strategis Indonesia dalam peta peradaban Islam global.
Perubahan Pandangan Dunia Islam
Dunia Islam, khususnya dari Timur Tengah, kini mulai memandang Indonesia sebagai rujukan baru. “Dulu kita belajar Islam ke Timur Tengah. Kini saatnya mereka datang ke Indonesia untuk belajar sains Islam,” tegasnya.
Beberapa cendekiawan Arab bahkan menyarankan agar karya-karya ilmiah Islam berbahasa Indonesia diterjemahkan ke dalam bahasa Arab untuk dikaji di wilayah mereka, termasuk Mesir.
Menag juga menyinggung komitmen Indonesia dalam isu kemanusiaan, terutama untuk rakyat Palestina. Presiden Prabowo Subianto berencana mendatangkan 1.000 warga Gaza ke Indonesia untuk mendapatkan akses pendidikan dan layanan kesehatan.
“Banyak warga Gaza yang tidak bisa membaca dan menulis. Presiden ingin mengundang mereka ke Indonesia demi kemanusiaan dan masa depan yang lebih baik,” jelas Nasaruddin.
Pembangunan Pesantren Istiqlal Internasional Indonesia (PIII)
Acara ini juga menandai peletakan batu pertama pembangunan Pesantren Istiqlal Internasional Indonesia (PIII) yang berada di lingkungan kampus UIII, Depok. Pesantren ini dirancang sebagai madrasah berkonsep asrama (boarding school) dengan standar internasional.
Turut hadir dalam acara tersebut di antaranya Menko PMK Pratikno, Mendagri Tito Karnavian dan para tokoh pendidikan dan keagamaan nasional.
Menag menegaskan, PIII akan menjadi model pendidikan Islam internasional yang menggabungkan kurikulum madrasah (MI, MTs, MA) dengan metode pembelajaran khas pesantren.
“Ini bukan sekadar institusi pendidikan, tetapi juga simbol soft power Indonesia dalam dunia Islam global,” ujar Menag.
Konsep PIII terinspirasi dari kejayaan Baitul Hikmah di Baghdad dan Andalusia. Indonesia, dengan lebih dari 42.000 pesantren dan warisan ulama besar seperti Syekh Nawawi al-Bantani dan KH Hasyim Asy’ari, memiliki legitimasi historis untuk menjadi pusat peradaban Islam baru.
Menko PMK Pratikno juga menegaskan, UIII dan PIII adalah bagian dari proyek global.
“UIII bukan sekadar UIN baru, tapi global project di mana Indonesia berkontribusi bagi dunia. Kita bisa melahirkan diplomat, guru agama, dan pemikir Islam internasional dari sini.”
Dirjen Pendidikan Islam, Suyitno, menjelaskan bahwa PIII mengemban tiga misi utama: (1) pendidikan berbasis kurikulum diniyah klasik dan standar internasional, (2) Dakwah Islam moderat dan (3) Pemberdayaan masyarakat melalui kewirausahaan santri.
“Santri akan belajar ilmu agama dan sains, menguasai teknologi, bahasa asing, dan akhlak mulia. Pesantren ini adalah lokomotif peradaban Islam Indonesia,” ujar Suyitno.
Dengan berdirinya PIII dan peran strategis UIII, Indonesia semakin menegaskan diri sebagai pusat baru peradaban Islam modern yang berakar pada tradisi namun berpikiran global. Saatnya dunia belajar Islam dari Indonesia—Islam yang damai, moderat, berilmu, dan berperadaban. (MS Network)
Simak Berita Lainnya di WA Channel disini
Discussion about this post