JAKARTA – Dunia mencatat sejarah baru dengan lahirnya Deklarasi New York di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 12 September 2025. Sebanyak 142 negara anggota PBB mendukung pengakuan Palestina sebagai negara merdeka dalam kerangka solusi dua negara (two-state solution).
Namun, di saat mayoritas dunia mengakui Palestina, Israel justru terus melanjutkan agresinya di Jalur Gaza. Serangan brutal tanpa henti terhadap warga sipil menegaskan praktik genosida yang tengah berlangsung.
Dukungan Global untuk Palestina
Resolusi berjudul “Deklarasi New York tentang Penyelesaian Damai Masalah Palestina dan Implementasi Solusi Dua Negara” disahkan dengan hasil:
142 negara setuju
10 negara menolak
12 negara abstain
Empat dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu China, Rusia, Prancis, dan Inggris, ikut mendukung pengakuan Palestina. Sementara Amerika Serikat (AS) berdiri bersama Israel, Hungaria, Argentina, dan Papua Nugini dalam menolak resolusi tersebut.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut keputusan ini sebagai “momentum bersejarah menuju perdamaian yang adil dan komprehensif di Timur Tengah.”
Indonesia, yang konsisten mendukung kemerdekaan Palestina sejak era awal, kembali tegak berdiri bersama negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dalam mendukung deklarasi tersebut.
23 Negara Besar Pendukung Deklarasi Palestina Merdeka
1. Arab Saudi
2. Afrika Selatan
3. Australia
4. Belanda
5. Brasil
6. China
7. Denmark
8. India
9. Italia
10. Inggris
11. Jepang
12. Jerman
13. Kanada
14. Korea Selatan
15. Meksiko
16. Mesir
17. Prancis
18. Qatar
19. Rusia
20. Spanyol
21. Swiss
22. Swedia
23. Turki
Israel Lanjutkan Genosida di Gaza
Ironisnya, hanya dua hari setelah deklarasi, Israel kembali menggempur Kota Gaza. Serangan udara pada 14 September menewaskan sedikitnya 49 orang dan membuat lebih dari 6.000 warga kehilangan rumah dalam sehari.
Kantor Media Pemerintah Gaza mencatat sejak 11 Agustus, militer Israel telah menghancurkan:
1.600 menara dan bangunan tempat tinggal
13.000 tenda pengungsian
Mengakibatkan lebih dari 100.000 orang mengungsi
Jumlah korban jiwa akibat agresi Israel sejak Oktober 2023 kini menembus 64.800 warga Palestina tewas, mayoritas perempuan dan anak-anak. Lebih dari 420 anak meninggal karena kelaparan akibat blokade dan penghancuran akses bantuan kemanusiaan.
PBB Tawarkan Peta Jalan Perdamaian
Deklarasi New York memuat peta jalan komprehensif, antara lain:
Gencatan senjata permanen di Gaza
Pembebasan sandera dan pertukaran tahanan
Penarikan penuh pasukan Israel dari wilayah Palestina
Persatuan Gaza dan Tepi Barat di bawah Otoritas Palestina
Pembentukan Misi Stabilisasi PBB untuk melindungi warga sipil
Akses penuh bantuan kemanusiaan dan penguatan UNRWA
Namun, di lapangan, serangan Israel terus menghancurkan fasilitas publik termasuk sekolah-sekolah PBB yang menampung pengungsi.
Israel Dituduh Lakukan Genosida
Praktik penghancuran massal ini semakin memperkuat tuduhan terhadap Israel di Mahkamah Internasional (ICC) atas kejahatan genosida.
Para pengungsi di Gaza kini menghadapi situasi tanpa pilihan: bertahan di bawah hujan bom atau mengungsi ke wilayah “zona aman” yang justru sering menjadi sasaran serangan.
“Jika mereka akan membunuh saya, lebih baik saya tetap di Kota Gaza daripada mati sia-sia di al-Mawasi,” ujar Faraj Ashour, seorang pengungsi yang kehilangan kakinya akibat serangan Israel.
Deklarasi pengakuan Palestina merdeka oleh mayoritas negara dunia adalah tonggak sejarah penting. Namun, sikap Israel yang tetap melancarkan genosida memperlihatkan betapa timpangnya keadilan di Timur Tengah.
Dunia kini menunggu langkah tegas PBB dan komunitas internasional untuk menghentikan kekejaman Israel sekaligus memastikan Palestina benar-benar merdeka dan berdaulat. (MS)
Simak Berita Lainnya di WA Channel disini