JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menetapkan Sulawesi Utara (Sulut) sebagai primadona dan pusat hilirisasi perikanan di kawasan Indonesia Timur.
Pasalnya, sepanjang tahun 2024, ekspor perikanan dari Provinsi Sulawesi Utara mencatat nilai signifikan sebesar USD 172,5 juta, dengan volume mencapai 27,7 juta kilogram.
Meskipun Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat total produksi perikanan tangkap yang lebih tinggi, namun Sulawesi Utara menunjukkan keunggulan dalam nilai ekspor dan pengembangan infrastruktur hilirisasi. Strategi hilirisasi yang diterapkan di Sulawesi Utara, termasuk pengolahan produk perikanan dan penguatan rantai dingin, telah meningkatkan daya saing produk di pasar global. Sementara itu, Sulawesi Tenggara memiliki potensi besar dalam produksi perikanan yang dapat dimaksimalkan melalui pengembangan infrastruktur dan strategi hilirisasi serupa.
Perbandingan ini menunjukkan bahwa kedua provinsi memiliki keunggulan masing-masing dalam sektor perikanan. Kolaborasi dan pertukaran strategi antara keduanya dapat memperkuat posisi Indonesia dalam industri perikanan global.
Perbandingan Produksi Perikanan Tangkap 2024: Sulawesi Utara vs Sulawesi Tenggara
Sulawesi Utara
- Total Produksi: 75.579 ton
- Komoditas Unggulan: Tuna, Cakalang, Tongkol (TCT)
- Nilai Ekspor: USD 172,5 juta
- Pasar Ekspor Utama: Amerika Serikat, Timur Tengah, Jepang, ASEAN
- Infrastruktur: 68 Unit Pengolahan Ikan (UPI), terutama di Kota Bitung
- Dukungan Pemerintah: Investasi lebih dari Rp163 miliar sejak 2020 untuk penguatan sektor perikanan tangkap
Sulawesi Tenggara
- Total Produksi: 270.151 ton
- Komoditas Unggulan: Tuna, Cumi, Gurita, Udang, Kepiting Rajungan, Cakalang, Layang, Tongkol
- Sentra Produksi: Kota Kendari dengan produksi lebih dari 24.000 ton
- Kebutuhan Konsumsi Lokal: 7.000–8.000 ton per tahun
- Kondisi Geografis: Terletak di antara Laut Banda dan Laut Flores, dikenal sebagai lumbung ikan nasional
- Komoditas Unggulan: Tuna, Cakalang, Tongkol Mendominasi Ekspor
Menurut Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Kementerian Kelautan dan Perikanan, Tornanda Syaifullah, komoditas Tuna, Cakalang, dan Tongkol (TCT) menjadi andalan ekspor Sulut dengan nilai kontribusi sebesar USD 165 juta atau 95% dari total ekspor. Produk-produk ini telah diolah dalam bentuk loin, fillet, dan produk beku siap saji, yang menunjukkan keberhasilan strategi hilirisasi KKP.
“Produk perikanan yang dihasilkan Sulut telah memenuhi standar ekspor dan berdaya saing tinggi,” jelas Tornanda dalam konferensi pers di Jakarta, Senin, 14 April.
Pasar Ekspor Perikanan Sulawesi Utara: AS hingga ASEAN
Berikut adalah negara-negara tujuan utama ekspor perikanan dari Sulut:
- Amerika Serikat: USD 54,8 juta
- Timur Tengah: USD 38 juta
- Jepang: USD 25,1 juta
- Negara-negara ASEAN: USD 17 juta
Hilirisasi Dukung Program Prioritas Nasional
Selain meningkatkan ekspor, hilirisasi juga diarahkan untuk mendukung program strategis nasional seperti makan bergizi gratis dan ketahanan pangan. Hal ini diwujudkan melalui penguatan rantai dingin dan peningkatan kapasitas Unit Pengolahan Ikan (UPI).
“Penerapan sistem rantai dingin mulai dari kapal, pelabuhan, UPI, hingga cold storage dan transportasi ekspor menjadi tulang punggung hilirisasi Sulut,” ujar Tornanda.
Saat ini terdapat 68 UPI skala menengah hingga besar di Sulut, sebagian besar terpusat di Kota Bitung. Pemerintah juga melakukan revitalisasi sistem rantai dingin, pembangunan cold storage, serta dukungan logistik efisien.
Strategi lain mencakup: Pengembangan akses pasar dan promosi dagang, Fasilitasi kemitraan koperasi nelayan dan UMKM, Pemanfaatan hasil hilirisasi untuk konsumsi dalam negeri
Investasi Rp163 Miliar untuk Perikanan Tangkap Sulut
Sejak 2020, KKP telah mengalokasikan lebih dari Rp163 miliar untuk sektor perikanan tangkap di Sulawesi Utara. Bantuan ini mencakup: Ribuan unit alat tangkap dan mesin kapal, Fasilitas keselamatan pelayaran, Perbaikan dermaga, kolam pelabuhan, tempat pemasaran ikan, dan Pembangunan penahan gelombang.
Menurut Plt Dirjen Perikanan Tangkap, Lotharia Latif, pada 2024 saja KKP menyerahkan 106 kapal lengkap dengan alat tangkap kepada nelayan terdampak bencana.
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung mencatat berbagai capaian penting di antaranya:
- 1.083 kapal bersandar dan beroperasi
- 13.899 nelayan telah mengikuti pelatihan AKP
- 608 SKN, 231 SKPI, dan 422 BSTF II telah diterbitkan
- 1.452 Buku Pelaut dan CPIB untuk 111 kapal dan 529 nelayan
Kontribusi Ekonomi dan Produksi Perikanan
Hingga akhir 2024, pelabuhan perikanan Sulut mencatat PNBP sebesar Rp60,84 miliar. Per 13 April 2025, total penerimaan telah mencapai Rp16,04 miliar. Sementara itu, produksi perikanan dari kapal berizin pusat mencapai:
- 75.579 ton pada 2024
- 19.904 ton hingga pertengahan April 2025
- Izin Kapal dan Sistem Pemantauan (VMS)
Sebanyak 960 kapal berizin pusat dan 258 kapal berizin daerah beroperasi di wilayah Sulut. Dari jumlah itu, 357 kapal telah bermigrasi ke izin pusat, dengan 178 kapal telah dilengkapi sistem pemantauan kapal (VMS).
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan bahwa strategi ekonomi biru dan hilirisasi akan terus didorong untuk menjadikan sektor perikanan sebagai pilar utama pembangunan nasional.
“KKP berkomitmen memperkuat ekosistem hilirisasi agar sektor kelautan dan perikanan berdaya saing tinggi serta berkelanjutan,” tegasnya. (MS Network)
Simak Berita Lainnya di WA Channel disini
Discussion about this post