KENDARI – Iduladha adalah momen sakral yang penuh makna bagi umat Muslim. Di balik semangat berkurban, ada tanggung jawab besar yang sering terabaikan yakni pengelolaan limbah hewan kurban. Jika tidak dikelola dengan baik, sisa darah, jeroan, tulang, dan kulit dapat mencemari lingkungan, menimbulkan bau tak sedap, bahkan menyebarkan penyakit.
Oleh karena itu, penting bagi panitia kurban dan masyarakat untuk menerapkan langkah-langkah pengelolaan limbah yang higienis, berkelanjutan, dan ramah lingkungan.
1. Pisahkan Limbah Organik dan Anorganik
Setelah proses penyembelihan, pisahkan bagian-bagian tubuh hewan yang bisa dimanfaatkan (daging, kulit, tulang) dengan limbah yang tidak dikonsumsi (jeroan busuk, darah, sisa usus, dan isi perut). Pemisahan ini memudahkan proses pengolahan lanjutan.
2. Gunakan Lubang Biopori atau Lubang Resapan
Limbah organik seperti darah dan isi perut dapat ditanam di lubang biopori atau lubang resapan di tanah, agar tidak mengalir ke saluran air. Cara ini mencegah pencemaran sekaligus menyuburkan tanah.
3. Manfaatkan Limbah untuk Pupuk Kompos
Sisa jeroan, tulang, dan kotoran hewan bisa difermentasi menjadi pupuk kompos organik. Ini adalah alternatif ramah lingkungan yang mendukung pertanian berkelanjutan.
4. Pengolahan Kulit dan Tulang
Kulit hewan kurban bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan atau disumbangkan ke pengrajin lokal. Tulang bisa digiling menjadi bahan pakan ternak atau pupuk fosfat.
5. Gunakan Wadah Tertutup untuk Darah dan Cairan
Darah hewan harus ditampung dalam wadah tertutup agar tidak mencemari tanah dan udara. Darah bisa dikubur dalam lubang tanah yang cukup dalam untuk mencegah bau dan lalat.
6. Edukasi dan Kolaborasi dengan Dinas Terkait
Panitia kurban perlu berkoordinasi dengan dinas lingkungan hidup atau dinas peternakan setempat agar limbah dikelola sesuai standar sanitasi dan kelestarian lingkungan.
Yani Rahman Yuliansyah, Pengurus Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) PBNU, mengajak umat untuk memaknai kurban secara lebih luas dengan menjaga kelestarian lingkungan.
Dalam keterangannya pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Kamis (5/6/2025), Yani menyampaikan dua metode sederhana namun efektif untuk mengelola limbah kurban secara ramah lingkungan.
1. Penguburan dalam Tanah
Limbah kurban seperti isi perut, usus, empedu, darah, dan kotoran termasuk kategori sampah organik.
Yani menyarankan untuk mengubur limbah ini ke dalam tanah. Caranya, gali lubang sedalam kurang lebih satu meter, masukkan limbah ke dalamnya, taburi dengan kapur untuk mengurangi bau dan mempercepat pembusukan, lalu tutup kembali dengan tanah.
“Kalau jumlah hewan kurban cukup banyak, maka dibutuhkan lebih dari satu lubang. Ukuran lubangnya bisa disesuaikan dengan volume limbah,” jelas Yani.
2. Pengolahan Kompos melalui Komposter
Cara kedua adalah mengolah limbah menjadi pupuk kompos menggunakan komposter, yaitu tabung atau wadah tertutup yang diletakkan di bawah atau atas tanah. Limbah organik dicampur dengan bahan lain seperti daun kering atau serbuk gergaji, lalu dibiarkan terurai secara alami. Setelah beberapa minggu, komposter akan menghasilkan kompos berkualitas tinggi yang bisa digunakan untuk menyuburkan tanaman.
“Hasil pupuk komposnya bisa dimanfaatkan masyarakat sekitar tempat penyembelihan,” ujar Yani yang juga menjabat sebagai Direktur Bank Sampah Nusantara (BSN).
Jangan Cemari Sungai
Yani mengingatkan masyarakat agar tidak membuang limbah kurban ke sungai atau saluran air, karena dapat mencemari sumber air bersih yang masih digunakan warga untuk kebutuhan harian seperti mandi, mencuci, bahkan minum.
“Beberapa daerah aliran sungainya masih digunakan untuk minum. Kalau dikotori dengan limbah kurban, kasihan air minumnya jadi tercemar,” ujarnya.
Dengan mengelola limbah kurban secara benar dan ramah lingkungan, umat Islam tidak hanya menunaikan ibadah, tetapi juga menjalankan tanggung jawab sosial dan ekologis. Ini adalah bentuk kesalehan yang holistik—menyayangi sesama manusia sekaligus menjaga bumi, rumah bersama kita.
Mari jadikan kurban sebagai momentum menciptakan harmoni antara ibadah dan lingkungan. Karena mencintai bumi adalah bagian dari bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta. (MS)
Simak Berita Lainnya di WA Channel disini
Discussion about this post