KOLAKA – Usia 61 tahun bukanlah angka kecil dalam perjalanan sebuah provinsi. Bila Sulawesi Tenggara adalah manusia, maka ia berada dalam fase dewasa penuh—berpengalaman, matang secara identitas, dan seharusnya siap mengambil peran lebih besar dalam percaturan nasional.
Kini saatnya Sultra tidak hanya melangkah, tetapi melompat. Tidak hanya mengikuti, tetapi memimpin. Sulawesi Tenggara harus menjadi kekuatan baru di Indonesia Timur.
Sulawesi Tenggara dikaruniai kekayaan sumber daya alam yang melimpah: nikel, emas, aspal, perikanan, hingga potensi wisata bahari kelas dunia. Posisi geografis yang strategis menjadikannya simpul penting antara daratan Sulawesi, Maluku, dan bahkan Papua. Ditambah bonus demografi—generasi muda yang tumbuh dengan kecepatan digital—Sultra sesungguhnya memiliki semua komponen untuk menjadi center of growth di Kawasan Timur Indonesia.
Namun, potensi besar itu belum sepenuhnya termanfaatkan optimal. Hilirisasi tambang masih terbatas. Kawasan industri belum berkembang maksimal. Akses logistik dan infrastruktur masih membutuhkan dorongan besar. Ini bukan soal keterbatasan, tapi soal keputusan: apakah kita siap mengubah wajah Sultra dari daerah kaya sumber daya menjadi provinsi dengan daya saing tinggi?
Panggilan Bangkit di Usia Matang
Dalam peringatan HUT ke-61 Provinsi Sultra di Kolaka, Kamis, (24/4), Gubernur Mayjen TNI (Purn) Andi Sumangerukka (ASR) menegaskan tekadnya: Sultra harus maju. Harus aman. Harus sejahtera. Dan harus menjadi provinsi yang religius serta berintegritas.
“Usia 61 tahun adalah usia matang. Sudah saatnya Sultra menunjukkan peran strategisnya. Kita tidak boleh jalan di tempat. Kita harus melangkah sebagai kekuatan baru di timur Indonesia,” tegasnya dalam sambutan.
Pernyataan tersebut bukan sekadar retorika. ASR memulai langkah dengan menyasar fondasi-fondasi kunci: kepastian hukum melalui sertifikasi wakaf, pembangunan sport centre untuk pembinaan generasi muda, hingga penciptaan iklim aman dan ramah investasi. Semua ini adalah dasar dari pertumbuhan berkualitas dan berkelanjutan.
Menjadi kekuatan baru berarti mampu mengonsolidasikan semua potensi lintas sektor dan lintas wilayah. Sultra harus keluar dari ego sektoral dan membangun sistem tata kelola daerah yang inklusif. Pendekatannya harus kolaboratif—antara pemerintah daerah, masyarakat sipil, akademisi, pelaku usaha, dan generasi muda.
Pembangunan ekonomi tanpa visi lingkungan dan sosial hanya akan menjadi angka. Karena itu, Sultra masa depan harus dibangun di atas prinsip keberlanjutan, digitalisasi, dan keadilan sosial.
Dari Perayaan Menuju Gerakan
HUT ke-61 bukan sekadar seremoni tahunan. Ini adalah panggilan kolektif bagi seluruh masyarakat Sultra: kita tidak lagi dalam fase bertumbuh—tetapi fase menentukan arah.
Jika daerah lain di timur Indonesia masih mencari pijakan, Sultra harus sudah mulai melangkah lebih jauh: menjadi simpul industri hijau berbasis nikel, poros logistik regional, pusat pendidikan vokasi energi, dan gerbang destinasi pariwisata kelas dunia.
Inilah waktunya Sulawesi Tenggara berdiri sebagai poros baru Indonesia Timur.
Bukan karena retorika. Tapi karena sejarah, potensi, dan komitmen bersama yang mulai bergerak ke arah yang benar.
Selamat ulang tahun ke-61, Sultra. Kini saatnya menjadi kekuatan. (Midwan Le Fante)
Simak Berita Lainnya di WA Channel disini
Discussion about this post