KOLAKA – Manajemen PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, salah satu bank terbesar di Indonesia, melakukan kunjungan strategis ke Smelter ‘Merah Putih’ milik Ceria Group, sebuah proyek monumental yang menjadi kebanggaan industri pengolahan nikel dalam negeri. Kunjungan ini berlangsung pada 8–9 Mei 2025 di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Kunjungan ini tidak hanya mempertegas sinergi antara sektor keuangan dan industri pertambangan, tetapi juga menjadi simbol keberhasilan proyek 100% karya anak bangsa dalam mendukung hilirisasi dan kemandirian industri nasional.
Dipimpin oleh Hamzah Syawaludin (SVP Corporate Banking 4 Group & Group Head Sindikasi) dan Heru Eko Prasetyo (SVP Corporate Banking 3 Group), tim Bank Mandiri disambut hangat oleh CEO Ceria Group, Derian Sakmiwata.
Mereka meninjau langsung rantai proses bisnis Ceria, dari tambang nikel hingga ke Smelter Merah Putih berteknologi RKEF. Rombongan juga menyaksikan produk hasil tapping perdana yang sukses dilakukan pada 27 April 2025.
“Ini bukan sekadar smelter. Ini adalah pencapaian kolektif bangsa,” ungkap Hamzah dengan penuh bangga.
CEO Ceria Group, Derian Sakmiwata, mengapresiasi dukungan berkelanjutan Bank Mandiri yang telah menjadi mitra strategis sejak awal proyek. Ia menegaskan bahwa sinergi ini menjadi kekuatan besar dalam membangun industri bernilai tambah di sektor nikel.
“First tapping adalah tonggak sejarah kami. Tanpa peran Bank Mandiri, Smelter Merah Putih mungkin hanya akan menjadi mimpi,” ucap Derian.
Ia juga membeberkan rencana besar Ceria ke depan mulai dari membangun Nickel Matte Converter, Refinery, hingga HPAL Plant untuk menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), material penting dalam industri baterai kendaraan listrik (EV).
Smelter Nikel Nasional Pertama yang Dibiayai Perbankan Dalam Negeri
Smelter Merah Putih Ceria adalah satu-satunya fasilitas pemurnian nikel di Indonesia yang berhasil mendapat pembiayaan sindikasi dari bank nasional senilai US$ 277,69 juta, termasuk dari Bank Mandiri, Bank BJB, dan Bank Sulselbar.
“Ceria adalah bukti bahwa hilirisasi bisa dibangun oleh anak bangsa, dibiayai oleh bank nasional, dan memberikan manfaat bagi negeri,” ujar Hamzah.
Heru Eko Prasetyo menambahkan, kunjungan ini adalah awal dari kolaborasi berkelanjutan untuk proyek-proyek lanjutan Ceria, termasuk pengembangan jalur produksi baru dan investasi ekosistem EV.
Smelter Ceria menggunakan teknologi modern Rectangular Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) berkapasitas 72 MVA, mampu memproduksi 63.200 ton ferronickel per tahun (setara 13.900 ton logam nikel) dengan efisiensi energi tinggi. Ceria menargetkan pembangunan empat jalur produksi untuk menghasilkan total 252.700 ton ferronickel per tahun.
Lebih dari sekadar teknologi, smelter ini dibangun sesuai dengan prinsip keberlanjutan Environmental, Social & Governance (ESG), memastikan keberlanjutan lingkungan, keterlibatan sosial, dan tata kelola yang baik.
Menurut Dirjen Minerba Kementerian ESDM, Tri Winarno, keberhasilan Ceria adalah contoh nyata bagaimana sektor keuangan nasional dapat mendorong industri hilirisasi yang kuat dan mandiri.
“Smelter Ceria adalah bukti nyata bahwa perbankan dalam negeri bisa menjadi tulang punggung hilirisasi nikel nasional,” ungkap Tri Winarno.
Dengan visi jangka panjang, Ceria Group dan Bank Mandiri memperkuat pondasi transformasi ekonomi berbasis sumber daya alam yang berkelanjutan dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat sekitar. (MS)
Simak Berita Lainnya di WA Channel disini
Discussion about this post