• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
Senin, Mei 12, 2025
  • Login
No Result
View All Result
MediaSultra.com
  • News
  • Politik
  • Ekonomi & Bisnis
  • Industri
  • Lingkungan
    Ikan Hasil Bom Ternyata tidak Layak Konsumsi dan Berbahaya, Kenapa?

    Ikan Hasil Bom Ternyata tidak Layak Konsumsi dan Berbahaya, Kenapa?

    Melihat dari Dekat Eksotisme Flora Ultrabasa di Kebun Raya Kendari

    Melihat dari Dekat Eksotisme Flora Ultrabasa di Kebun Raya Kendari

    Ekowisata Labengki Harumkan Konawe Utara di Trisakti Tourism Award 2025

    Ekowisata Labengki Harumkan Konawe Utara di Trisakti Tourism Award 2025

    Eksploitasi Nikel di Pulau Kabaena Jadi Sorotan Forum Internasional

    Eksploitasi Nikel di Pulau Kabaena Jadi Sorotan Forum Internasional

    Stop Eksploitasi Nikel di Pulau Wawonii: Harita Group Didesak Segera Angkat Kaki

    Stop Eksploitasi Nikel di Pulau Wawonii: Harita Group Didesak Segera Angkat Kaki

    Wisata Pungut Sampah di Teluk Kendari: Edukasi Lingkungan Lewat Aksi

    Wisata Pungut Sampah di Teluk Kendari: Edukasi Lingkungan Lewat Aksi

    Trending Tags

    • Sillicon Valley
    • Climate Change
    • Election Results
    • Flat Earth
    • Golden Globes
    • MotoGP 2017
    • Mr. Robot
  • Edukasi
  • Spesial Report
  • News
  • Politik
  • Ekonomi & Bisnis
  • Industri
  • Lingkungan
    Ikan Hasil Bom Ternyata tidak Layak Konsumsi dan Berbahaya, Kenapa?

    Ikan Hasil Bom Ternyata tidak Layak Konsumsi dan Berbahaya, Kenapa?

    Melihat dari Dekat Eksotisme Flora Ultrabasa di Kebun Raya Kendari

    Melihat dari Dekat Eksotisme Flora Ultrabasa di Kebun Raya Kendari

    Ekowisata Labengki Harumkan Konawe Utara di Trisakti Tourism Award 2025

    Ekowisata Labengki Harumkan Konawe Utara di Trisakti Tourism Award 2025

    Eksploitasi Nikel di Pulau Kabaena Jadi Sorotan Forum Internasional

    Eksploitasi Nikel di Pulau Kabaena Jadi Sorotan Forum Internasional

    Stop Eksploitasi Nikel di Pulau Wawonii: Harita Group Didesak Segera Angkat Kaki

    Stop Eksploitasi Nikel di Pulau Wawonii: Harita Group Didesak Segera Angkat Kaki

    Wisata Pungut Sampah di Teluk Kendari: Edukasi Lingkungan Lewat Aksi

    Wisata Pungut Sampah di Teluk Kendari: Edukasi Lingkungan Lewat Aksi

    Trending Tags

    • Sillicon Valley
    • Climate Change
    • Election Results
    • Flat Earth
    • Golden Globes
    • MotoGP 2017
    • Mr. Robot
  • Edukasi
  • Spesial Report
No Result
View All Result
MediaSultra.com
No Result
View All Result
Home Industri

Royalti Nikel Naik di Tengah Krisis, APNI Tawarkan Revisi Formula HPM

by Redaksi MS
21 April 2025
in Industri
Reading Time: 3 mins read
0
Royalti Nikel Naik di Tengah Krisis, APNI Tawarkan Revisi Formula HPM

Aktivitas penambangan nikel di Sulawesi Tenggara. Ist

0
SHARES
17
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

JAKARTA — Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) menyuarakan kekhawatiran atas kebijakan baru pemerintah terkait kenaikan tarif royalti nikel, yang dinilai membebani industri di tengah tekanan ekonomi global.

Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2025 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak di Kementerian ESDM.

PP tersebut ditandatangani oleh Presiden Prabowo Subianto pada 11 April 2025 dan mulai berlaku efektif 15 hari setelah pengundangan. Namun, pelaku industri mempertanyakan waktu dan dampaknya terhadap keberlangsungan sektor nikel nasional.

Sekretaris Jenderal APNI, Meidy Katrin, menyatakan bahwa kenaikan tarif royalti nikel saat ini sangat tidak tepat, mengingat harga nikel global tengah mengalami penurunan tajam akibat eskalasi geopolitik dan perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

“Kenaikan tarif royalti di tengah ketidakpastian ekonomi global berisiko memperburuk tekanan pada industri nikel nasional. Ini dapat mengurangi daya saing serta kontribusi sektor terhadap perekonomian,” tegas Meidy, dikutip Senin, (21/4/2025).

Tarif royalti terbaru yang diatur dalam beleid tersebut mencakup kenaikan royalti bijih nikel menjadi 14–19%, serta produk turunan seperti feronikel (FeNi) dan nickel pig iron (NPI) menjadi 5–7%.

APNI menilai tarif tersebut tidak mencerminkan kondisi riil di lapangan. Meidy menyoroti sejumlah beban tambahan yang kini ditanggung pelaku usaha, antara lain: Kenaikan harga biosolar B40, Upah Minimum Regional (UMR) naik 6,5%, PPN 12%, Kewajiban devisa hasil ekspor (DHE) 100% selama 12 bulan, Biaya pembangunan smelter yang tinggi, mencapai US$1,5–2 miliar per unit, Kewajiban reklamasi, PNBP, PPM, hingga pajak global (global minimum tax 15%).

“Beban kumulatif ini menekan margin produksi secara signifikan, bahkan bisa mengurangi potensi penerimaan negara dari produk smelter yang tidak lagi kompetitif di pasar global,” imbuh Meidy.

APNI Tawarkan Solusi: Revisi Formula Harga Patokan Mineral (HPM)

Sebagai solusi, APNI mengusulkan revisi formula Harga Patokan Mineral (HPM) agar lebih mencerminkan nilai keekonomian bijih nikel.

Menurut mereka, HPM saat ini terlalu rendah dibanding indeks internasional seperti Shanghai Metals Market (SMM), yang dapat menyebabkan potensi kerugian nilai pasar hingga US$6,3 miliar dalam dua tahun terakhir.

Usulan revisi mencakup:
– Menambahkan nilai keekonomian kandungan besi (saprolit) dan kobalt (limonit) yang belum termonetisasi
– Meningkatkan HPM hingga lebih dari 100% tergantung kualitas bijih
– Mengganti satuan transaksi dari US$/dmt ke US$/ton nikel murni atau US$/nikel unit agar sejalan dengan praktik internasional
– Evaluasi ulang corrective factor (CF) yang dinilai sudah tidak relevan untuk produk feronikel

Revisi ini, menurut APNI, berpotensi menghasilkan manfaat jangka panjang seperti: Peningkatan penerimaan negara tanpa perlu menaikkan tarif royalti, Margin usaha yang lebih sehat bagi pelaku industri untuk mendukung eksplorasi dan keberlanjutan, Peningkatan cadangan melalui penurunan cut-off grade, Kenaikan nilai ekspor produk hilir, Insentif pengembangan teknologi ekstraksi mineral ikutan seperti besi dan kobalt.

Meski keberatan dengan kebijakan baru, APNI tetap mendukung agenda hilirisasi nasional. Mereka berharap pemerintah bersedia membuka ruang dialog untuk memastikan implementasi PP No. 19/2025 dilakukan dengan pendekatan yang adaptif dan berkelanjutan.

“Kami mendorong agar kebijakan fiskal di sektor minerba diarahkan untuk menciptakan iklim usaha yang sehat, kompetitif, dan berdaya saing tinggi,” pungkas Meidy. (MS Network)

Simak Berita Lainnya di WA Channel disini

Tags: APNIAsosiasi Penambang Nikel IndonesiaHilirisasi NikelSmelter Nikel
Next Post
Pemerintah Kembangkan Eco Fishing Port Bertaraf Internasional, Termasuk di Kendari

Pemerintah Kembangkan Eco Fishing Port Bertaraf Internasional, Termasuk di Kendari

Discussion about this post

Recommended

Nelayan Kecil dan Awak Kapal Perikanan akan Disertifikasi

Nelayan Kecil dan Awak Kapal Perikanan akan Disertifikasi

3 tahun ago
Bank Sultra Gaungkan Literasi Keuangan di Festival Harmoni Sultra 2025

Bank Sultra Gaungkan Literasi Keuangan di Festival Harmoni Sultra 2025

2 minggu ago

Popular News

    Connect with us

    • Tentang Kami
    • Redaksi
    • Pedoman Media Siber
    • Disclaimer
    • Term of Service
    • Contact

    © 2022 MediaSultra / Member of Asiatoday Network

    No Result
    View All Result
    • Contact
    • Disclaimer
    • Home 3
    • Pedoman Media Siber
    • Privacy Policy
    • Redaksi
    • Tentang Kami
    • Term of Service

    © 2022 MediaSultra / Member of Asiatoday Network

    Welcome Back!

    Login to your account below

    Forgotten Password?

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.

    Log In
    Go to mobile version