KENDARI – Warisan budaya Sulawesi Tenggara kini bersiap naik kelas. Melalui Program Inkubasi Wastra 2025, kain tradisional khas daerah—wastra—ditransformasi menjadi produk fesyen modern yang berdaya saing tinggi, siap menembus pasar nasional hingga internasional.
Program prestisius ini dibuka secara resmi oleh Ketua Dekranasda Sultra, Arinta Nila Hapsari, di Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) Kendari, 16 April 2025. Ajang ini merupakan hasil kolaborasi strategis antara Dekranasda dan Bank Indonesia Perwakilan Sultra.
Acara pembukaan ini dihadiri oleh tokoh-tokoh penting, termasuk Rahadian Triaji, Deputi Kepala BI Sultra, Amran selaku Kepala BPVP Kendari, Perwakilan Dinas Perindustrian, UMKM, dan mentor dari Tim Gaya Wastra Nusantara serta 40 peserta terpilih dari berbagai kabupaten/kota di Sultra.
Program ini dirancang bukan hanya untuk mengasah kreativitas desain, tapi juga untuk memperkuat kemampuan produksi dan strategi pemasaran berbasis digital.
“Kami ingin wastra tidak hanya dikenakan saat upacara adat, tapi juga jadi bagian dari gaya hidup sehari-hari—modern, stylish, dan tetap sarat nilai budaya,” ungkap Rahadian Triaji.
Kepala BPVP, Amran, menyampaikan bahwa lembaganya kini tak hanya fokus pada pelatihan teknis, tetapi juga mendukung industri kreatif melalui program seperti Inkubasi Wastra.
“Kami siap mencetak SDM unggul di bidang garmen, fashion, bahkan barista dan pariwisata—semua untuk menjawab tantangan dunia kerja,” katanya.
Dari Sarung Tradisional Menjadi Blazer Mewah
Ketua Dekranasda Sultra, Arinta Nila Hapsari, menekankan pentingnya inovasi dalam pelestarian budaya. Ia menunjukkan bagaimana kain tenun kini menjelma menjadi produk fesyen modern seperti blazer, celana, jas, hingga tas dan topi.
“Inilah bukti bahwa budaya kita hidup dan berkembang. Generasi muda mulai mencintai tenun, dan itu jadi peluang emas bagi UMKM lokal,” ujarnya antusias.
Tak hanya itu, ia juga mendorong para desainer untuk fokus memproduksi busana ready to wear, karena lebih mudah diterima pasar dan memiliki potensi ekspor yang besar.
Selama 14 hari—mulai 16 hingga 29 April 2025—para peserta akan menjalani pelatihan intensif dalam dua kelas utama: tata busana dan teknik produksi. Semua pelatihan berbasis tekstil tradisional khas Sultra, dipandu mentor profesional dari industri fesyen nasional.
Adapun 40 peserta terpilih berasal dari Kendari, Konawe Selatan, Muna, Wakatobi, hingga Konawe akan dibekali kemampuan desain, produksi, hingga digital marketing. Target utamanya: menghasilkan produk unggulan yang bisa tampil di panggung mode Tanah Air—bahkan mancanegara.
“Kami berharap kolaborasi antara BI, Dekranasda, dan stakeholder lain terus berjalan demi kemajuan industri kreatif Sultra,” imbuh Arinta. (MS Network)
Simak Berita Lainnya di WA Channel disini
Discussion about this post