JAKARTA – Kasus keracunan massal akibat Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah terus meluas. Data terbaru mencatat ratusan siswa dari berbagai daerah mengalami gejala keracunan setelah menyantap menu MBG.
Pemerintah pun bergerak cepat dengan mengevaluasi total penyedia MBG, termasuk di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara.
Insiden keracunan MBG terbaru terjadi di Kota Bogor, Jawa Barat. Sebanyak 223 siswa dari tingkat TK hingga SMK mengalami gejala muntah hingga diare setelah menyantap menu MBG. Pemerintah Kota Bogor menetapkan kasus ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno, menyampaikan bahwa dari total korban, 45 siswa menjalani rawat inap, 49 dirawat jalan, dan 129 lainnya mengalami gejala ringan.
“Korban yang terdata hari ini sebanyak 9 orang, sehingga totalnya menjadi 223. Data ini masih bisa bertambah,” ujar Retno, Selasa (13/5/2025).
Sebelum Bogor, kasus serupa telah terjadi di berbagai daerah:
- Cianjur, Jawa Barat: 83 siswa keracunan dari dua sekolah, yakni MAN 1 Cianjur dan SMP PGRI 1 Cianjur.
- Bombana, Sulawesi Tenggara: 13 siswa SDN 33 Kasipute muntah-muntah usai makan ayam tepung yang diduga basi.
- Karanganyar, Jawa Tengah: Sejumlah siswa SD Wonorejo dilarikan ke rumah sakit.
- Tasikmalaya, Jawa Barat: 24 siswa dari TK hingga SMP di Rajapolah keracunan.
- Bandung, Jawa Barat: 342 siswa SMPN 35 keracunan, meski tidak ada korban rawat inap.
BGN Nonaktifkan Penyedia MBG dan Evaluasi Menyeluruh
Menanggapi maraknya kasus keracunan MBG, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Prof. Dadan Hindayana langsung mengambil langkah tegas. Salah satunya dengan menonaktifkan dapur MBG milik Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bina Insani di Tanahsareal, Bogor.
“Kami lakukan evaluasi mendalam agar kejadian seperti ini tidak terulang. Dapur MBG sementara kami nonaktifkan,” jelas Dadan.
Dadan juga mengungkapkan bahwa para korban akan mendapatkan asuransi kesehatan. BGN tengah berkoordinasi dengan BPJS Kesehatan dan OJK untuk memastikan perlindungan terhadap para penerima manfaat.
Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN, Tigor Pangaribuan, menegaskan akan menghentikan kerja sama dengan pemasok bahan makanan yang tidak memenuhi standar kualitas.
“Penyedia wajib memastikan bahan makanan berasal dari supplier terpercaya. Kami akan evaluasi jalur distribusi bahan baku secara menyeluruh,” tegas Tigor.
Hasil uji laboratorium yang dirilis Wali Kota Bogor, Dedie Rachim, menunjukkan bahwa menu MBG yang menyebabkan keracunan mengandung bakteri E. Coli dan Salmonella. Makanan tersebut terdiri dari telur ceplok saus barbeque dan tumis tahu tauge yang dimasak malam hari dan baru didistribusikan siang keesokan harinya.
Dukungan Kadin
Di tengah sorotan tajam, dukungan terhadap program MBG tetap mengalir. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Bakrie, menyatakan pihaknya siap membangun 1.000 Dapur MBG di 16 daerah sebagai proyek percontohan.
“Kami menggandeng Tempo Scan untuk penyediaan lahan. Ini jadi pilot project yang bisa diadopsi anggota Kadin lainnya,” ujar Anindya usai meresmikan Kantor Satgas MBG Gotong Royong di Jakarta, Selasa (13/5/2025).
Sejak diluncurkan Januari 2025, program Makan Bergizi Gratis telah melayani lebih dari 3,2 juta penerima manfaat dari berbagai jenjang pendidikan dan kelompok rentan:
- Siswa pra-SD hingga SMA/SMK: 3,2 juta orang
- Balita dan ibu hamil/menyusui
- Pondok pesantren, PKBM, SLB, dan seminari
Trina Fizzanty, Kepala Pusat Riset Pendidikan BRIN, menilai program MBG penting dilanjutkan karena menyasar kelompok rentan.
“Program ini dapat membantu mengurangi ketimpangan struktural, terutama bagi anak-anak dari keluarga miskin dan rentan,” katanya. (MS Network)
Simak Berita Lainnya di WA Channel disini
Discussion about this post