Musda LAT ke-5 Resmi Dibuka, Empat Tokoh Bersaing Jadi Ketua DPP

Gubernur Sulawesi Tenggara, Mayjen TNI (Purn) H. Andi Sumangerukka, dan Wali Kota Kendari Siska Karina imran saat menghadiri Musyawarah Adat (Musda) LAT ke-V yang digelar di Laika Mbu’u, Kabupaten Konawe, Jumat (16/05/2025). Foto: PPID

UNAAHA – Pemilihan Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Lembaga Adat Tolaki (LAT) menjadi sorotan utama dalam Musyawarah Adat (Musda) ke-5 yang digelar di Laika Mbu’u, Kabupaten Konawe, Jumat (16/05/2025). Acara dibuka secara resmi oleh Gubernur Sulawesi Tenggara, Mayjen TNI (Purn) H. Andi Sumangerukka, dan dihadiri para tokoh adat, pemerintah daerah, serta perwakilan masyarakat Tolaki dari berbagai wilayah.

Pemilihan ini menjadi momen penting dalam menentukan arah dan masa depan Lembaga Adat Tolaki, khususnya dalam menjaga warisan budaya serta memperkuat peran adat dalam pembangunan daerah.

Empat tokoh yang telah resmi maju sebagai calon Ketua DPP LAT periode selanjutnya adalah:

1. H. Lukman Abunawas – Tokoh senior Sultra dengan pengalaman luas di birokrasi dan organisasi adat.

2. Bisman Saranani – Aktivis adat dan pemerhati kebudayaan Tolaki.

3. Tie Saranani – Figur muda progresif yang dikenal aktif dalam revitalisasi budaya lokal.

4. Sahlan Saranani – Tokoh adat yang berakar kuat di masyarakat pedalaman Tolaki.

Keempat kandidat ini membawa visi dan strategi masing-masing dalam menjawab tantangan pelestarian budaya Tolaki di era modern, sekaligus memperkuat posisi Lembaga Adat Tolaki sebagai mitra strategis pemerintah daerah.

Dalam sambutannya, Gubernur Andi Sumangerukka berharap pemilihan ini menghasilkan pemimpin yang mampu menjembatani adat dan kemajuan pembangunan.

“LAT butuh sosok pemimpin yang tidak hanya paham adat, tapi juga mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman demi kemajuan masyarakat Tolaki,” ujar Gubernur.

Wali Kota Kendari, Siska Karina Imran, yang hadir dalam balutan pakaian adat Tolaki, juga menegaskan pentingnya sinergi antara lembaga adat dan pemerintah.

“Kami percaya pemimpin baru LAT harus mampu memperkuat identitas budaya sekaligus bersinergi dalam pembangunan daerah. Pemkot Kendari siap mendukung penuh,” katanya.

Musyawarah Adat ini menjadi lebih istimewa karena Konawe didaulat sebagai tuan rumah.

Dalam sambutannya, Bupati Konawe H. Yusran Akbar, S.T menyampaikan rasa bangga dan hormat kepada seluruh tokoh adat dan peserta yang datang dari berbagai penjuru Sulawesi Tenggara.

“Momentum ini bukan hanya forum adat, tapi juga ajang memperkuat identitas kita sebagai bagian dari bangsa yang kaya budaya,” katanya.

Musyawarah Adat dibuka dengan Pawai Budaya yang menyatukan berbagai etnis seperti Tolaki, Toraja, Bugis, Jawa, hingga Bali. Mereka tampil dalam balutan pakaian adat, menari bersama, menggemakan pesan toleransi dan harmoni. Selain itu juga digelar prosesi adat, termasuk penghormatan di Makam Raja Lakidende yang dipimpin Wakil Bupati Konawe, H. Samsul Ibrahim. Seluruh rangkaian acara menggambarkan kekayaan nilai budaya Tolaki dan komitmen masyarakat dalam melestarikannya.

“Setiap langkah pawai, setiap warna kain tenun, adalah pernyataan bahwa toleransi dan kerukunan adalah kekuatan kita,” ucap Bupati Yusran dengan semangat.

Bupati juga menekankan pentingnya kolaborasi LAT dan pemerintah daerah dalam melawan ancaman globalisasi dan kemunduran budaya, termasuk bahasa Tolaki yang kini masuk kategori terancam punah menurut data Balai Bahasa Sultra.

Sebagai wujud konkret pelestarian, Pemerintah Konawe telah menetapkan Perda Nomor 2 Tahun 2018 tentang Kelembagaan Adat Suku Tolaki dan memprogramkan pembangunan museum budaya sebagai pusat literasi sejarah peradaban Tolaki.

Pilar Moral dan Penjaga Identitas

Lembaga Adat Tolaki (LAT) bukan hanya pelestari tradisi, tetapi juga institusi moral yang mengatur relasi sosial dan spiritual masyarakat Tolaki. Dalam sidang-sidang adat, nilai seperti mosalaka (gotong royong), mepokoaso (musyawarah), dan meohai (tenggang rasa) tetap dijunjung tinggi, menjadikan LAT sebagai pilar yang mengawal harmoni masyarakat modern.

Dari Unaaha yang kini jadi pusat pemerintahan, hingga ke pelosok desa-desa adat, LAT hadir sebagai pengingat bahwa akar budaya adalah fondasi bangsa. Tak heran jika falsafah Kalosara terus menjadi sumber inspirasi dalam setiap kebijakan lokal.

Di bawah kepemimpinan Bupati H. Yusran Akbar, ST dan Wakil Bupati H. Syamsul Ibrahim, SE, M.Si, visi Konawe BERSAHAJA (Berdaya Saing, Sejahtera, Adil, dan Berkelanjutan) menjadikan ketahanan budaya sebagai misi utama. Penguatan nilai tradisional, toleransi antarumat beragama, hingga pelibatan pemangku adat dalam pembangunan, menjadi komitmen yang terus diwujudkan. (MS)

Simak Berita Lainnya di WA Channel disini

Exit mobile version