Kasus Bunuh Diri Terus Berulang, Jembatan Teluk Kendari Sebaiknya Ditutup Sementara

Kasus Bunuh Diri Terus Berulang, Jembatan Teluk Kendari Sebaiknya Ditutup Sementara - MediaSultra.com

Jembatan Teluk Kendari. Dok PU

KENDARI – Insiden mematikan kembali menyelimuti Jembatan Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara.

Seorang pria bernama Erwin Guswanto, warga Kecamatan Mandonga, ditemukan tewas setelah melompat dari jembatan pada Senin malam (26/5/2025). Jenazahnya ditemukan oleh tim pencarian gabungan, Selasa (27/5/2025) siang pukul 13.40 Wita.

Tim SAR yang terdiri dari KPP Kendari, Ditpolairud Polda Sultra, dan Lanal Kendari menemukan korban sekitar dua meter dari titik lompat.

“Tidak jauh, sekitar 2 meter tadi itu,” kata salah satu penyelam.

Evakuasi jenazah berlangsung sekitar 20 menit sebelum akhirnya dibawa ke rumah duka. Puluhan warga yang menyaksikan pencarian dari pagi sontak berlarian mendekati ambulans saat jasad dinaikkan.

Peristiwa memilukan ini disaksikan oleh Ibrahim, seorang penjual somai di lokasi.

“Saya kira orang kecelakaan, ternyata dia banting motornya, dia menangis langsung lari dan melompat,” ungkapnya.

Tragisnya, ini bukan kasus pertama. Jembatan Teluk Kendari sudah berkali-kali menjadi lokasi aksi nekat warga:

– April 2023, seorang mahasiswa ditemukan tewas setelah melompat dari sisi timur jembatan.

– November 2023, seorang perempuan muda nyaris melompat namun berhasil diselamatkan warga.

– Juli 2024, seorang pria paruh baya ditemukan meninggal dunia setelah dilaporkan hilang dan terakhir terlihat di atas jembatan.

– Maret 2025, seorang pelajar SMA sempat melompat namun berhasil dievakuasi dengan luka-luka.

Dengan tambahan kasus Erwin Guswanto pada Mei 2025, setidaknya lima insiden bunuh diri terjadi hanya dalam dua tahun terakhir. Ini menjadi bukti bahwa Jembatan Teluk Kendari bukan lagi sekadar ikon kota, tapi juga lokasi rawan kematian.

Desakan Penutupan Sementara Jembatan Teluk Kendari

Melihat tren kasus yang terus berulang, penutupan sementara Jembatan Teluk Kendari untuk evaluasi sistem keamanan adalah langkah wajib. Pagar pengaman yang lebih tinggi, kamera pemantau, serta patroli 24 jam perlu segera diterapkan.

“Jika pemerintah hanya diam dan menunggu insiden berikutnya, maka bukan hanya fungsi jembatan yang dipertaruhkan, melainkan nyawa manusia,” kata Ibrahim.

Pemkot Kendari dan Pemprov Sultra harus mengubah pendekatan dari reaktif menjadi preventif. Selain memperkuat infrastruktur keamanan jembatan, pemerintah juga wajib menyediakan layanan kesehatan mental yang mudah diakses.

Kasus demi kasus menunjukkan bahwa banyak warga butuh tempat untuk bersuara sebelum memilih jalan sunyi seperti ini.

“Jembatan Teluk Kendari sebaiknya ditutup sementara. Ini bukan wacana emosional, tapi tuntutan logis dari kenyataan kelam yang terus berulang.

Karena setiap nyawa yang hilang bukan sekadar angka. Mereka adalah anak, saudara, teman, dan warga yang gagal kita jaga bersama,” (MS)

Simak Berita Lainnya di WA Channel disini

Exit mobile version