WAKATOBI – Bayangkan air sebening kristal, gradasi biru yang menyejukkan mata, dan hamparan terumbu karang warna-warni yang menyambut dari bawah permukaan laut.
Inilah Wakatobi, taman laut yang bukan hanya menjadi kebanggaan Indonesia, tetapi juga diakui dunia sebagai cagar biosfer oleh UNESCO sejak 2012. Sebuah permata bahari yang terletak di jantung segitiga emas terumbu karang dunia, menjanjikan sensasi petualangan laut yang tak tertandingi.
Selami Keajaiban di Bawah Permukaan
Begitu kaki menginjakkan tanah di Wakatobi, suara debur ombak dan semilir angin pantai langsung menyambut. Namun pesona sejatinya baru benar-benar terasa saat Anda menyelam ke bawah permukaan.
Dengan lebih dari 750 spesies terumbu karang, Wakatobi menyimpan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia, mengalahkan Karibia dan Laut Merah.
Melalui aktivitas snorkeling, diving, atau free diving, pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan berbagai ikan tropis, penyu sisik dan tempayan, hingga barakuda yang melintas anggun di antara karang. Sensasi berenang di antara ribuan biota laut ini begitu magis, seolah Anda tengah bermain di taman bawah laut milik para dewa.
“Keindahan laut Wakatobi sangat menakjubkan, rasanya ingin bermain lebih lama di sini,” kata Alfred, salah satu wisatawan asing, Minggu (3/8/2025).
Diving sambil menikmati pesona terumbu karang di Taman Nasional Laut Wakatobi. Dok Visit Wakatobi
Empat Pulau, Empat Cerita Surga
Nama Wakatobi adalah akronim dari empat pulau utama: Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Masing-masing menyimpan keindahan dan keunikan tersendiri.
Wangi-Wangi, gerbang utama Wakatobi, menawarkan resor pinggir laut seperti Patuno Resort dan spot diving favorit seperti Sombu Dive yang terkenal dengan patung ikan Napoleon.
Kaledupa memikat dengan Pulau Hoga yang eksotis dan hutan mangrove alami yang menjadi rumah bagi ribuan spesies laut.
Tomia memanjakan mata lewat Puncak Kahyangan, dengan panorama lautan tak berujung dan langit jingga saat matahari tenggelam. Di bawah lautnya, Marimabuk membuat siapa pun “mabuk keindahan”.
Binongko, pulau paling selatan, menyuguhkan Taman Batu koral hitam yang unik serta benteng peninggalan sejarah yang menghadap ke samudera luas.
Rumah Suku Bajo, Penjaga Laut Tradisional
Lebih dari sekadar lanskap indah, Wakatobi juga adalah rumah bagi Suku Bajo, pelaut ulung yang hidup berdampingan dengan laut. Di kampung-kampung mereka yang terapung, wisatawan bisa menyaksikan kehidupan bahari yang autentik: perahu tradisional, rumah-rumah kayu di atas air, dan anak-anak kecil berenang layaknya ikan.
Bagi pencinta budaya, pengalaman ini menawarkan pelajaran tentang harmoni manusia dan alam yang kini semakin langka.
Kampung suku Bajo di Taman Nasional Laut Wakatobi. Dok Visit Wakatobi
Wakatobi Wave: Festival Kemegahan Laut dan Budaya
Jika Anda berkunjung di bulan September, jangan lewatkan Wakatobi Wave, festival tahunan yang mewarnai alun-alun Merdeka Wakatobi. Acara ini bagian dari Karisma Event Nusantara (KEN) Kemenparekraf (sekarang Kemenpar), dan menjadi ajang ekspresi budaya lokal.
Dengan tema “Pasi Kamba – Harmoni dalam Kesentosaan”, festival ini menghadirkan karnaval budaya maritim, parade tenun, tari kolosal, Wakatobi Fun Dive, hingga Expo UMKM lokal. Suasana Wakatobi saat festival begitu hidup dan magis, menyatukan keindahan alam dan keberagaman budaya dalam satu perayaan besar.
Cagar Biosfer yang Dijaga, Bukan Sekadar Dikagumi
Status Cagar Biosfer Dunia dari UNESCO bukan hanya penghargaan simbolik. Ia adalah pengakuan atas tiga pilar penting yang dijaga di Wakatobi: kearifan lokal, kelestarian lingkungan, dan ekonomi berkelanjutan. Di sinilah masyarakat hidup sejalan dengan alam, menjaga laut seperti rumah mereka sendiri.
Menurut data, 750 dari 850 spesies karang dunia ada di perairan ini. UNESCO memandang Wakatobi sebagai laboratorium hidup bagi konservasi laut tropis dunia, sekaligus contoh integrasi antara pariwisata, budaya, dan pelestarian.
Pulau Binongko. Dok Visit Wakatobi
Akses Menuju Surga: Butuh Perjuangan, Tapi Setimpal
Meskipun belum tersedia penerbangan langsung dari kota besar seperti Jakarta, perjalanan melalui Bandara Haluoleo Kendari lalu transit ke Bandara Matahora akan terasa sepadan. Begitu keluar dari pesawat, bentangan laut biru kehijauan dan udara segar khas pulau akan langsung menyapu semua lelah.
Wakatobi bukan sekadar destinasi, tetapi perwujudan dari alam yang belum ternoda, budaya yang hidup, dan laut yang dijaga. Di sini, setiap napas terasa lebih dalam, setiap momen terasa lebih berarti.
Yuk, jelajahi taman laut Wakatobi dan rasakan magisnya cagar biosfer dunia versi UNESCO ini. (MS)
Simak Berita Lainnya di WA Channel disini